Pemilu Lokal di Irak, Banyak yang Golput

Pemilu lokal di Irak kini sudah sampai pada tahap penghitungan suara. Pemilu kedua yang dilakukan setelah invasi AS ini menjadi uji coba bagi stabilitas keamanan di Irak dan untuk melihat sejauh mana dukungan rakyat terhadap partai-partai yang ada di Irak, sebelum pemilu nasional yang akan digelar tahun ini juga. Meskipun tingkat partisipasi rakyat Irak dalam pemilu lokal kali ini, sangat rendah dibandingkan pemilu sebelumnya.Ketua Komisi Pemilu Irak Faraj al-Haydari mengatakan, tingkat partisipasi pemilu rakyat Irak tahun 2005 lalu mencapai 60 persen.

Pemilu lokal di Irak digelar di 14 provinsi dari 18 provinsi yang ada di Irak, dengan lebih dari 14.000 kandidat dimana 4.000 diantaranya adalah kaum perempuan, yang akan memperebutkan 440 kursi di 14 dewan legislatif daerah. Mereka nantinya bertugas memilih mengajukan calon gubernur yang akan memimpin provinsi masing-masing dan mengawasi proyek-proyek rekonstruksi dan keuangan. Empat provinsi di Irak yang akan menyusul menggelar pemilu adalah empat daerah otonomi Provinsi Kirkuk, dan tiga provinsi Kurdi yaitu Irbil, Dohuk dan Sulaimaniya.

Tapi dari 15 juta orang yang terdaftar sebagai pemilih, hanya sekitar 7,5 juta orang yang menggunakan hak suaranya atau sekitar 51 persen saja. Angka ini jauh dari perkiraan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki yang berharap tingkat keikutsertaan pemilu bisa mencapai 70 sampai 80 persen.

Kalangan Muslim Sunni yang pernah memboikot pemilu tahun 2005 lalu, dalam pemilu kali ini paling tinggi tingkat partisipasinya. Menurut data komisi pemilu Irak, di provinsi Salahuddin yang didominasi warga Sunni, tingkat partisipasinya mencapai 65 persen, di Provinsi Nineveh mencapai 60 persen tapi di Provinsi Anbar menurun menjadi hanya 40 persen.

Sedangkan di provinsi yang didominasi Muslim Syiah, tingkat partisipasi tertinggi terjadi di Provinsi Muthanna sebesar 61 persen. Partisipasi terendah terjadi di kota Basra sekitar 48 persen dan di Baghdad sekitar 40 persen.

Sedikitnya, terdapat 300.000 pemantau lokal dan internasional yang mengawasi pelaksanaan pemilu lokal di Irak. Para pemantau independen mengaku banyak menerika laporan tentang upaya jual beli suara. Selain rendahnya partisipasi masyarakat, pemilu lokal di Irak juga diwarnai aksi-aksi kekerasan berupa pembunuhan empat kandidat dari kalangan Muslim Sunni dan seorang kandidat dari Muslim Syiah.

Meski demikian, utusan khusus PBB untuk Irak, Staffan de Mistura mengatakan secara umum pemilu berjalan lancar tanpa gangguan keamanan yang berarti. Persoalan organisasional dan logistik yang terjadi, kata Mistura, tidak terlalu mempengaruhi jalannya pemilu. (ln/aljz/prtv)