Pemilu Tak Akan Ubah Nasib Muslim Rohingya

Rohingyas Crowd IDP Camps In Sittwe After Sectarian ViolenceEramuslim.com – Muslim Rohingya tidak percaya pemilihan umum pada Minggu (8/11) dapat mengakhiri penderitaan mereka.

Tahun ini merupakan pemilu pertama Myanmar yang dijalankan secara demokratis sejak beberapa dekade. Namun, Muslim Rohingya tidak memiliki suara karena kewarga-negaraannya ditolak.

Mohamed Ibrahim, sekretaris jenderal Dewan Rohingya Eropa yang bekerja, mengungkapkan pemilu tidak akan mengubah nasib Muslim Rohingya sebagai etnis minoritas paling menderita di dunia.

Kepada bdnews24.com Sabtu (7/11), Ibrahim mengatakan kekerasan fisik, pembunuhan, dan pemerkosaan mungkin menurun setelah pemilu, tapi “tidak mungkin menyingkirkan kekerasan (pada Rohingya) secara keseluruhan”.

Dia meramalkan pemilu hanya berdampak kecil pada hubungan bilateral Myanmar-Bangladesh. Pemilu juga penting bagi Bangladesh, karena Myanmar adalah gerbang ke Asia Tenggara.

Hasil pemilu akan melihat kekuatan Aung San Suu Kyi dari Liga Nasional Demokrasi (NLD) atau Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang mewakili rezim militer.

Hlluthaw, parlemen Myanmar, terdiri dari 440 kursi untuk DPR dan 224 untuk MPR.

Pemilu hanya memperebutkan 75 persen dari total 664 kursi, 330 di Perwakilan, 168 perwakilan nationalities — atau kelompok etnis.

Sisa 25 persen disediakan untuk militer, yang memiliki hak veto atas perubahan konstitusi negara itu.

“Jika kita menghitung, USDP telah meraih 25 persen kursi dalam pemilu. Mereka tinggal menunjuk orang-orangnya untuk duduk di parlemen,” kata Ibrahim.

“USDP hanya membutuhkan 26 persen untuk memenangkan pemilu. Jika mereka menang, kita dengan mudah memahami situasi tidak akan berubah melainkan dapat memburuk,” lanjutnya.

Kementerian yang berhubungan dengan keamanan seperti pertahanan, kementerian dalam megeri dan Perbatasan, akan dipimpin individu yang dipilih palingma militer. Jadi, tidak ada perubahan konstitusi tanpa persetujuan militer.

“Kebutuhan untuk menyelesaikan masalah Rohingya tidak akan pernah selesai, bahkan jika NLD memenangkan pemilu dan membentuk pemerintah,” kata Ibrahim.

“Diktator militer telah terbiasa memegang kekuasaan di Myanmar dan mereka tidak ingin melepaskan itu di manapun,”

Selama kampanye pemilu, Presiden Thein Sein memperingatkan bangsa,  “Akan ada kerusuhan jika partai yang berkuasa gagal memenangkan pemilu.” (ts)