Seorang pengusaha non-Muslim Swiss membuat menambah bangunan mirip menara di gedung miliknya yang terletak di sebelah barat kota Laussane, sebagai bentuk ketidaksetujuannya atas larangan menara masjid di Swiss yang menuai kontroversi dan kecaman seluruh dunia.
Pengusaha toko sepatu bernama Guillaume Morand mengatakan, larangan menara masjid merupakan tindakan yang memalukan dan bangunan mirip menara masjid yang dibuatnya adalah sebuah pesan damai untuk menolak larangan tersebut.
"Referendum larangan menara masjid merupakan skandal bagi Swiss. Sangat memalukan," ujarnya.
Morand menyayangkan partai-partai politik lainnya di Swiss yang cuma diam dan tidak melakukan tindakan apapun untuk melawan referendum yang digagas Partai Rakyat Swiss. "Mereka semua menyatakan menentang larangan itu tapi tidak membeberkan sikapnya dengan jelas tentang penolakan mereka pada publik negeri ini," kata Morand.
Bangunan mirip menara masjid yang dibuat Morand menjadi pusat perhatian masyarakat. Morand mengatakan akan melihat perkembangan situasi, apakah ia akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk menyampaikan pesannya untuk menentang larangan menara masjid itu.
Larangan menara masjid hasil referendum di Swiss menjadi tamparan keras bagi negara Eropa itu. Hampir semua elemen, mulai dari anggota parlemen, partai-partai politik, pemuka agama Kristen, Muslim bahwa sejumlah Rabbi Yahudi mengecam pemerintah Swiss yang telah membiarkan referendum itu terjadi.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) hari Kamis kemarin mendesak otoritas Swiss untuk menganulir hasil referendum tersebut. OKI mengingatkan referendum anti-Islam itu berpotensi ditiru oleh negara-negara Eropa lainnya. "Otoritas Swiss bisa memanfaatkan parlemen dan perangkat hukumnya untuk membatalkan referendum itu," kata Dubes Pakistan, Zamir Akram.
Menurutnya, referendum semacam itu bisa menyebar ke seluruh Eropa dimana kelompok-kelompok kanan di Eropa memang menjadikan komunitas Muslim sebagai target serangan mereka. "Di Jenewa sudah terjadi serangan dan aksi vandalisme terhadap masjid-masjid. Ini merupakan trend yang berbahaya," tukas Akram. (ln/iol)