Perang dan Kekerasan Jadi Ancaman Kaum Perempuan

Hari ini kaum perempuan sedunia memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret. Peringatan hari perempuan kali ini bertema "Ending Impunity for Violence againts Woman", tema ini diangkat karena nasib kaum perempuan di berbagai belahan dunia yang masih sangat memprihatinkan.

Di tengah perkembangan dunia yang makin modern, kondisi kaum perempuan di sejumlah negara justru makin menyedihkan. Mereka masih banyak yang mengalami kekerasan dan tindak diskriminatif. Kasus perkosaan, trafficking, pemaksaan prostitusi, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan persoalan kekerasan terkait dengan mahar dalam perkawinan, adalah kasus-kasus yang kerap menimpa perempuan.

Belum lagi kaum perempuan di negara yang sedang dilanda konflik, seperti di Irak dan Afghanistan. Konflik yang berlangsung selama bertahun-tahun membuat penderitaan kaum perempuan jadi berlipat ganda.

"Problemnya kadang hanya problem psikologis. Mereka mengeluhkan soal suami-suami mereka yang terbunuh atau diusir dari lingkungannya, " ujar Fatima, seorang ginekolog yang tinggal di Baghdad pada AFP.

Ia mengungkapkan, akibat invasi AS banyak kaum perempuan yang melahirkan di rumah. Kaum perempuan yang hamil, saat ingin melahirkan, tidak bisa pergi ke rumah sakit karena diberlakukan jam malam. Akibatnya, banyak ibu-ibu yang meninggal saat melahirkan karena mengalami komplikasi.

"Makin banyak dari mereka yang meninggal bersama bayi-bayinya, " sambung Fatima.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), embargo ekonomi yang dikenakan terhadap rejim Saddam Hussein menyebabkan tingkat kematian ibu di Irak meningkat dua kali lipat pada tahun 1989 dan 2001.

Invasi AS ke negeri 1001 Malam itu, menyebabkan Irak terperangkap dalam aksi-aksi kekerasan yang panjang dan berdampak pada kehidupan kaum perempuan dan anak-anak perempuan di negeri itu.

"Beberapa keluarga tidak mengizinkan anak-anak perempuannya sekolah. Bukan karena mereka menentang pendidikan tapi karena mereka takut, " tambah Layla al-Alkhafaji, seorang anggota parlemen Irak.

Ia mengatakan, dulu, perempuan Irak biasa menyetir mobil sendiri. Tapi sekarang, mereka tidak mau ambil resiko, karena situasi keamanan yang rawan.

"Saya sendiri, tidak akan ambil resiko. Membawa mobil sendiri akan menarik perhatian orang. Sekarang, kaum perempuan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menarik perhatian, " papar Layla.

Terkait dengan kondisi kaum perempuan, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan masih terus terjadi di setiap benua, negara dan budaya.

"Hal itu menjadi penyebab hancurnya kehidupan kaum perempuan, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan, " kata Ki-Moon dalam pidatonya menyambut Hari Perempuan Internasional.

Yang lebih memprihatinkan lagi, ujar Ki-Moon, masyarakat melarang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, tapi kenyataannya kekerasan itu masih sering terjadi dan kadang tidak diungkap atau sengaja ditutup-tutupi.

Ban Ki-Moon menyerukan agar dunia bersama-sama menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dan melindungi hak-hak perempuan. (ln/iol)