"Perang di Irak dan Afghanistan Membuat Intelijen Inggris Kewalahan"

Mantan petinggi badan intelijen Inggris MI5 mengakui, keterlibatan Inggris dalam perang di Irak dan Afghanistan memicu munculnya muslim radikal dan menjadi penyebab meningkatkan ancaman terorisme ke negara Inggris, sehingga membuat kewalahan para agen intelijen Inggris.

Mantan ketua badan intelijen dalam negeri Inggris Eliza Manningham-Buller menyampaikan pengakuannya di hadapan tim yang menyelidiki keterlibatan Inggris dalam perang Irak yang sedang berlangsung di Inggris saat ini. Manningham-Buller mengatakan, "Invasi yang dipimpin koalisi AS secara substansial meningkatkan ancaman terhadap negara Inggris dan puncaknya terjadi pada tahun 2004, ancaman terorisme bahkan membuat Inggris kewalahan menghadapinya."

"Kami sangat terbebani oleh intelijen dalam skala luas, lebih dari yang kami mampu atasi. Irak diradikalkan untuk alasan sebuah dunia yang lebih baik … segelintir orang dalam sebuah generasi memandang invasi kami ke Irak lebih dari invasi kami ke Afghanistan, sebagai serangan terhadap Islam," ujar Manningham-Buller.

Ia mengungkapkan, setelah pecah perang di Irak tahun 2003, intelijen Inggris mengidentifikasi sekitar 70 sampai 80 warga muslim Inggris yang pergi ke Irak untuk ikut melawan pasukan asing di Negeri 1001 Malam itu. Antara tahun 2001-2008, Inggris menyelidiki 16 kasus dugaan rencana serangan ke Inggris yang berbahaya dan berhasil mencegah 12 rencana serangan itu.

Intelijen Inggris kecolongan ketika terjadi serangan bom di jaringan transportasi kota London pada tanggal 7 Juli 2005, yang menewaskan 52 orang. Inggris mengklaim berhasil menggagalkan serangan serupa dua minggu kemudian, setelah menemukan bom yang gagal meledak.

Melihat perang yang makin berlarut-larut dan tidak ada indikasi pasukan koalisi asing akan memenangkan perang, Inggris akhirnya mengambil kebijakan untuk menarik sebagian pasukannya dari Irak. Saat ini, masih ada 9.500 tentara Inggris yang dikerahkan di Irak, sementara survei-survei yang dilakukan menunjukkan mayoritas rakyat Inggris menginginkan Inggris menarik diri dari perang Irak melihat jumlah tentara Inggris yang tewas di Irak terus bertambah.

Lebih lanjut, Manningham-Buller mengungkapkan bahwa resiko ancaman serangan ke dalam negeri Inggris relatif rendah, sebelum Inggris mendukung invasi AS ke Irak. Dalam investigasi keterlibatan Inggris dalam perang Irak, terungkap bahwa mantan pimpinan MI5 itu pernah mengirimkan surat rahasia pada koleganya pada tahun 2002 yang isinya menyebutkan bahwa tidak ada bukti meyakinkan adanya hubungan Saddam Hussein dengan Al-Qaida dalam kaitannya dengan senjata bologi dan kimia. Manningham-Buller juga pernah menulis surat yang isisnya menyatakan, tidak ada bukti serangan 11 September 2001 berkaitan dengan perang di Irak. (ln/arabnews)