Pertempuran di Basra, Mayoritas Korban Adalah Warga Sipil

Pertempuran antara pasukan keamanan Irak dengan kelompok pejuang Tentara Mahdi pimpinan Moqtada al-Sadr, menambah penderitaan rakyat Irak. Setelah pertempuran sengit hari Rabu (26/3), Kota Basra hari ini seperti kota mati tanpa penghuni. Hanya pasukan keamanan dan pasukan pejuang yang nampak berseliweran di jalan-jalan, sekolah-sekolah dan toko-toko belum ada yang buka.

Seorang ibu dua anak berma Salua Maruan mengatakan ia tak tahu bagaimana nasib suaminya yang ketika pertempuran sengit pecah kemarin, sang suami sedang keluar rumah membeli makanan.

"Saya tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Karena di jalan-jalan banyak kelompok pejuang. Saya takut dan anak-anak saya sekarang cuma makan nasi dan tomat. Kami mulai kehabisan makanan, " kata Maruan seperti dikutip dari Islamonline.

Selain kesulitan makanan, warga Basra juga mulai kekurangan air bersih. Banyak keluarga yang akhirnya mengungsi ke kota lain yang lebih aman.

"Saya tidak bisa tinggal di neraka ini. Saya tidak tahan lagi hidup seperti ini. Saya sudah pindah dari Kirkuk ke sini dan sekarang saya harus pindah lagi untuk menyelamatkan diri dan anak-anak saya, " keluh Fuad Tarik, bapak dari tiga anak.

Presstv menyebutkan, berdasarkan informasi dari petugas medis, dua hari pertempuran di Basra telah menyebabkan 47 orang tewas dan 223 orang luka-luka. Sedangkan di Baghdad, dilaporkan 39 orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka. Di Kota Sadr, sekitar 23 orang tewas menjadi korban.

Pada saat yang sama, ratusan warga Syiah di Kota Sadr dan Karbala berunjuk rasa, meminta pemerintah Irak menghentikan operasi militer di Basra dan kota-kota lainnya serta menarik pasukan dari kota-kota itu.

"Isteri terluka kena peluru, ketika ia sedang duduk dekat jendela di rumah kami. Tapi kami tidak bisa ke rumah sakit terdekat karena sedang terjadi pertempuran hebat di jalan. Sementara anak-anak saya menangis dan kelaparan karena kami tidak punya persediaan makanan, " kata Abbas Shakarti, seorang warga Basra.

Menyusul pertempuran hari Rabu kemarin, Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki memberi batas waktu pada kelompok milisi Tentara Mahdi untuk meletakkan senjata. Padahal beberapa jam sebelumnya, pimpinan Tentara Mahdi, Moqtada al-Sadr menyeru Maliki agar meninggalkan Basra dan melakukan negosiasi untuk mengakhiri krisis. (ln/iol/presstv/al-araby)