Pimpinan Oposisi: NATO Sendiri telah Menjadi Masalah di Libya

Pasukan revolusioner Libya mengkritik keras NATO atas apa yang mereka sebut ketidakmampuan aliansi militer Barat dalam mencegah pasukan rezim Gaddafi dari membunuh warga sipil.

Abdel Fattah Younes, menteri dalam negeri yang membelot dan kepala pasukan oposisi, menggambarkan langkah-langkah NATO sebagai terlalu lambat, mengatakan bahwa NATO sendiri "telah menjadi masalah" dengan membiarkan pasukan Gaddafi maju menuju bagian timur negara itu.

"Misratah sedang mengalami pemusnahan total. NATO hanya diam dan kemudian melakukan pemboman di sana-sini. Dan membiarkan orang-orang Misratah mati setiap hari," kata Younes.

Younes juga mengancam akan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menangguhkan misi NATO di Libya jika aliansi militer itu tidak melakukan "pekerjaannya dengan baik."

Para revolusioner mengatakan NATO tidak melakukan serangan apapun di kota-kota barat Zawiyah dan Zintan, membiarkan kekuatan rezim membunuh orang setiap hari, koresponden Press TV di Benghazi Johnny Miller melaporkan pada hari Selasa kemarin (5/4).

"Dewan revolusioner di Benghazi mengatakan bahwa banyak rakyat di wilayah barat di kota-kota seperti Zawiyah dan Zantin dan Misratah berada dalam ancaman terus-menerus terhadap hidup mereka dan orang-orang di Benghazi mulai banyak frustrasi terhadap NATO," lapor wartawan Press TV.

Setidaknya lima orang tewas Senin malam lalu pada saat pasukan Gaddafi menyerang sebuah kawasan pemukiman di Misratah, di mana dokter telah melaporkan bahwa rumah sakit di kota ini telah penuh.

Mantan menteri dalam negeri juga mengkritik pasukan NATO atas korban sipil yang mengalami pemboman oleh NATO. Banyak warga sipil dilaporkan tewas sejak perang yang dipimpin negara Barat di Libya yang dimulai bulan lalu.

Pasukan revolusioner juga bereaksi dengan marah atas rencana rezim untuk menggantikan Gaddafi dengan salah seorang putranya dan melaksanakan beberapa reformasi politik.(fq/prtv)