Presiden Tunisia memerintahkan pasukan keamanan untuk menghentikan penggunaan senjata api melawan demonstran pada saat semakin banyak warga yang tewas dalam bentrokan dengan polisi.
Tampil di TV negara, Presiden Zine El Abidine Ben Ali juga berjanji mereformasi politik dan melakukan pemotongan terhadap harga makanan.
"Saya tidak akan menerima ada menetas darah lagi yang tumpah dari warga Tunisia,” katanya menegaskan.
Ben Ali, yang telah memerintah negara itu sejak tahun 1987, mengatakan bahwa dia tidak akan kembali maju dalam pemilihan umum pada tahun 2014.
Pernyataannya itu muncul setelah setidaknya dua pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan terbaru dengan polisi pada hari Kamis kemarin (13/1).
Bentrokan telah meletus kembali di ibukota Tunisia antara polisi dan pengunjuk rasa, kali ini di luar gedung pemerintah.
Pihak keamanan menjaga ketat di ibukota Tunisia menyusul bentrokan terbaru antara polisi dan pengunjuk rasa.
Bentrokan menyusul terjadinya ‘pertempuran’ yang menewaskan sedikitnya delapan orang tewas di dan sekitar kota Tunis.
Laporan-laporan mengatakan ratusan demonstran menentang berlakunya jam malam yang diberlakukan oleh pemerintah pada Rabu malam lalu dan mereka kembali turun ke jalan.
Kelompok HAM mengatakan, secara keseluruhan, sekitar 70 orang tewas dalam hampir satu bulan unjuk rasa atas pengangguran dan kenaikan harga di Tunisia.
Pemerintah Ben Ali telah memecat menteri dalam negeri pada hari Rabu lalu dan mengatakan dia akan menyelidiki tuduhan penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan.
Pihak oposisi mengatakan protes rakyat didorong oleh pengangguran dan biaya hidup yang tinggi. Namun, pejabat klaim kerusuhan adalah karya seorang minoritas ekstremis bertekad merusak negara. (fq/prtv)