Profesor AS: Pentagon Sengaja Ciptakan "Penjahat Kambuhan" di Gitmo

Mark Denbeaux, seorang profesor dari Seton Hall University Law School, New Jersey menilai Departemen Pertahanan AS telah menciptakan residivis-residivis baru di kamp penjara Guantanamo. Menurutnya, metode penyiksaan yang diterapkan Dephan AS bukan hanya menyebabkan dampak gangguan mental pada sebagian tahanan Gitmo, tapi juga telah membuat sebagian tahanan lainnya mengalami "sindrom perilaku kriminal kambuhan".

Profesor Denbeaux bersama sejumlah mahasiswanya melakukan kajian terhadap metode penyiksaan diterapkan Dephan AS untuk menimbulkan trauma fisik bagi para tahanan Gitmo. Menurutnya, laporan-laporan tentang kondisi tahanan Gitmo yang dikeluarkan Pentagon lemah dan banyak yang ditutup-tutupi, terutama laporan tentang dampak metode penyiksaan saat interogasi. Ia tidak percaya laporan yang menyebutkan bahwa hanya tujuh orang dari 534 tahanan yang mengalami penyiksaan berat saat interogasi sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental tahanan bersangkutan.

"Dephan berulang kali mengeluarkan revisi jumlah itu, tapi mereka laporannya selalu salah dan tidak masuk akal jika ditilik secara independen atau dibandingkan dengan laporan Dephan sebelumnya baik dari sisi jumlah, definisi, nama dan keterangan-keterangannya," kata Profesor Denbeaux.

Contohnya, tambah Denbeaux, militer AS dalam beberapa dokumennya pernah menyebutkan bahwa 74 tahanan mengalami gangguan mental sebagai dampak dari beragam perlakuan semena-mena di Gitmo. Tapi dokumen itu tidak mencantumkan identitas tahanan secara detil dan hanya menyebutkan bahwa mereka adalah "penjahat-penjahat berbahaya."

Pihak Dephan AS yang dimintai pendapatnya tentang pernyataan Profesor Denbeaux mengatakan,"Kami tidak setuju dengan kesimpulan yang diambil Profesor Denbeaux dan para mahasiswanya."

"Analisa tentang merebaknya kembali aksi-aksi terorisme yang dilontarkan Dephan ke publik berdasarkan informasi yang bisa dipercaya dan bersifat rahasia, dimana profesor tidak punya akses ke informasi tersebut," kata Jubir Dephan AS, Jeffrey Gordon.

Sampai saat ini, belum ada kepastian kapan AS akan menutup kamp penjara Guantanamo yang kontroversial dan menuai kritikan keras dari dunia internasional itu. Banyak para tahanan yang sudah mendekam di kamp tersebut selama bertahun-tahun tanpa tuduhan yang jelas dan kasusnya tidak pernah diproses secara hukum. (ln/prtv)