Puluhan Ribu Kelompok Bersenjata Irak Diduga Menyebar ke Seluruh Dunia

Surat kabar New York Times edisi online menyebutkan bahwa perang di Irak saat ini memicu timbulnya efek samping lain, yaitu impor pejuang-pejuang Islam ke negara-negara tetangga Irak dan negara-negara yang paling jauh sekalipun.

Situs Alqanat. Com Selasa (29/5) hari ini, mengutip New York Times yang menurunkan informasi tersebut berdasarkan keterangan dari sumber-sumber di pemerintahan AS, Eropa dan Timur Tengah, yang tidak disebut jati dirinya.

Sumber-sumber itu mengungkapkan ihwal peran sejumlah kelompok bersenjata Islam yang memanfaatkan sejumlah pengungsi Irak yang tersebar di berbagai negara. Selain itu, beberapa orang bahkan secara sengaja dikirim ke beberapa negara untuk misi-misi tertentu.

Kolonel Asyraf Raifi, Direktur Keamanan Dalam Negeri Libanon, membenarkan informasi sumber-sumber New York Times. Raifi mengatakan bahwa baku hantam militer kontra kelompok Fatah Islam merupakan salah satu bukti adanya pernyebaran kelompok-kelompok bersenjata Irak di berbagai negara tetangga.

Ditambahkan surat kabar AS itu bahwa setiap kelompok bersenjata terdiri dari sekitar 50 orang yang pernah terjun dalam peperangan di Irak, dan dipimpin Syakir Al-Absi, salah seorang yang pernah menjadi sekutu tokoh Al-Qaidah Irak Abu Mushab Az-Zarqawi.

Selain itu, New York Times juga mengutip keterangan seorang aktifis Saudi Muhammad Al-Misari yang bermukim di Inggris. Al-Misari menjelaskan tentang adanya 50 ribu lebih orang Irak yang sedang menantikan waktu yang tepat untuk bergerak di seluruh dunia.

Ditambahkan Al-Misari, membludaknya orang-orang bersenjata Irak itu berlangsung secara dua arah, dan pertempuran akan terus berlanjut di mana saja sampai AS keluar dari Irak.

New York Time juga mengklaim adanya laporan yang telah disiapkan untuk kepentingan pemerintah AS pada 17 April lalu. Lporan itu menyebtkan bahwa tipe kelompok bersenjata seperti itu lebih berbahaya dari para ekstrimis yang terlatih di Afghanistan.

Sementara itu, sejumlah pejabat Eropa mengaku bahwa saat ini mereka berupaya untuk terus memantau kelompok kecil ummat Islam yang baru kembali dari Irak. Para pejabat itu cemas jika kelompok ini telah melakukan latihan militer di Irak.(ilyas/ac)