Qardhawi: Kebebasan Harus Didahulukan dari Penerapan Syariat

Ulama terkemuka dunia yang juga Ketua Persatuan Ulama Muslim Internasional, Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi, kembali menegaskan kecaman dan penolakannya atas upaya pembangunan dan penanaman tembok logam yang dilakukan pemerintahan Mesir di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza.

Qardhawi mengkritik legalisasi pembangunan tembok tersebut oleh fatwa syara yang dikeluarkan oleh Majma al-Buhuts al-Islamiyyah (Dewan Riset Islam) Al-Azhar, sebuah lembaga keislaman yang memiliki reputasi internasional.

Dalam wawancaranya dengan kanal televisi Inggris sesi bahasa Arab BBC (7/2), Qardhawi menegaskan bahwa dalam mengeluarkan fatwa, seharusnya para ulama memperhatikan dan meninjau berbagai aspek, bukan sekedar hitam putih teks-teks dan dalil-dalil fikih yang partikular. Ada prioritas-prioritas (awlawiyyat) yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan.

Dalam kasus pembangunan tembok Gaza, jelas Qardhawi, yang seharusnya lebih menjadi titik sentral dan penekanan adalah kebebasan dan kemerdekaan rakyat Gaza, menolong rakyat yang telah bertahun-tahun terisolasi itu, bukan dalil syariat yang menerangkan jika telah menjadi hak sebuah negara untuk membela dirinya, salah satunya dengan membangun tembok pengaman.

"Pembangunan dan penanaman tembok logam di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza tidak sekedar berhubungan dengan keamanan nasional Mesir saja, tetapi lebih dari itu, Mesir juga harus ingat bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab solidaritas terhadap sesama negara sahabatnya, utamanya Arab-Muslim," terang ulama yang menjadi rujukan dunia Islam internasional ini.

Diterangkannya, Qardhawi sangat mengharapkan dan mendukung Mesir untuk memainkan peran cemerlangnya di kancah dunia Arab dan Islam.

Terkait skandal tersebarnya foto Qardhawi tengah bersalaman dengan para Rabbi Yahudi di Tepi Barat (yang penyebarannya ditunggangi kepentingan politis pihak Fatah), Qardhawi tidak memungkiri hal tersebut.

Namun, Qardhawi mengingatkan, bahwa yang ia salami adalah Rabbi Yahudi non-Israel sekaligus anti-Zionisme. "Agama Yahudi adalah agama yang disebut oleh kitab suci kita, sama seperti halnya Kristen".

Diterangkannya, ia hanya akan menyambut umat Yahudi non-Israel dan anti-Zionis. "Hingga sekarang, saya menolak untuk menghadiri undangan Forum Dialog Agama-agama Islam, Kristen, dan Yahudi, karena saya tidak rela jika harus duduk bersama para tokoh Yahudi yang melegalkan zionisme". (bbc)