Rabi Yahudi: Tuhan Akan Menghukum Bush dan Amerika

Sejumlah rabi Israel mengingatkan Presiden AS George W. Bush agar tidak melanjutkan rencana menggelar konferensi Timur Tengah yang digagasnya, untuk mencari solusi damai konflik Israel-Palestina.

Para rabi Yahudi itu menyampaikan peringatan tersebut dalam surat resmi yang disampaikan pada Bush. Dalam surat itu, delapan rabi Yahudi yang menandatangani surat tersebut mengatakan, jika Bush tetap melaksakan konferensi itu, maka Tuhan akan marah dan akan menghukumnya. Para Rabi tersebut mencontohkan badai Katrina dan kebakaran hutan di California sebagai salah satu contoh hukuman Tuhan pada Amerika.

"Tuhan akan menghukum siapa saja yang ingin memaksa Israel agar menyerahkan tanahnya, " demikian bagian isi surat para Rabi Yahudi itu.

Rabi Meir Druckman pada radio Israel mengatakan, "Kami menulis surat itu pada Presiden Bush, sebagai orang yang meyakini Alkitab, sebagai peringatan buat Bush akan bahaya yang sangat buruk karena ia sudah mengedepankan negaranya, dengan menjadi tuan rumah dari konferensi itu. "

Druckman mengatakan bahwa Bush selayaknya belajar dari peristiwa-peristiwa yang disebutnya sebagai hukuman Tuhan terhadap Amerika. "Tidak diragukan bahwa banjir di New Orleans, badai Katrina, merupakan hukuman Tuhan atas pembongkaran pemukiman-pemukiman, " kata Druckman, mengacu pada penarikan mundur warga Yahudi dari Jalur Ghaza beberapa waktu lalu.

"Bencana kebakaran yang baru-baru ini terjadi di California, selayaknya dilihat sebagai peringatan terakhir, " sambungnya.

Ancaman semacam ini bukan yang pertama kali disampaikan para rabi. Pada tahun 2005, Rabi Ovadia Yosef, pemimpin spiritual gerakan ultra ortodok Shas juga mengklaim bahwa badai Katrina merupakan hukuman Tuhan pada Bush, terkait penarikan mundur warga Yahudi dari Ghaza.

Klaim ini juga dilontarkan penyiar dan tokoh Evangelis terkemuka di AS, Pat Robertson. Bulan Oktober kemarin ia mengatakan bahwa AS akan menghadapi resiko kutukan Tuhan jika mengembalikan Al-Quds dari tangan Israel ke rakyat Palestina.

Sementara itu, Menlu AS Condoleezza Rice di sela-sela kunjungan dua harinya ke Israel untuk bertemu para pemimpin Israel dan otoritas Palestina menyatakan harapannya bahwa konferensi Annapolis akan menghasilkan kesepakatan damai menjelang akhir pemerintahan Bush.

Dalam konferensi pers bersama antara Rice dan Presiden Palestina Mahmud Abbas, Menlu AS mengatakan bahwa ada kemajuan dalam persiapan konferensi Annapolis, terutama persiapan untuk menetapkan status final dari negosiasi-negosiasi yang akan dilakukan dan proses perdamaian.

Meski demikian, fakta di lapangan menunjukkan masih terjadi beda pendapat antara Israel dan Palestina seputar akan seperti apa pernyataan bersama yang akan dibuat dari konferensi tersebut. Sejauh ini, belum ada dokumen tertulis apapun yang disepakati. Palestina menginginkan konferensi itu membahas persoalan penting seperti masalah perbatasan, pengungsi, status al-Quds dan rencana waktu implementasinya. Namun PM Israel menolak kerangka pembicaraan yang diinginkan Palestina. (ln/iol)