Enam Tahun Dijajah AS, Rakyat Irak Rindukan Masa Saddam Hussein

Ribuan warga Irak memperingati enam tahun jatuhnya kota Baghdad pada Kamis (9/4) dengan menggelar aksi massa di Lapangan Firdaus di pusat kota Baghdad. Diantara mereka adalah para pendukung setia Muqtada al-Sadr, pemimpin kelompok pejuang Shiah di Irak. Mereka menggelar aksi protes terhadap keberadaan pasukan AS yang sudah enam tahun menginvasi dan menjajah Irak.

Di tengah hujan deras yang mengguyur kota Baghdad, ribuan pengunjuk rasa mengusung spanduk dan foto-foto al-Sadar serta menyerukan penarikan seluruh pasukan penjajah AS dari Irak. Polisi Irak mengawasi jalannya aksi protes. Kendaraan-kendaraan khusus tempur milik Irak dan pasukan AS disiagakan tak jauh dari lapangan tempat unjuk rasa berlangsung.

Rakyat Irak sudah tidak sabar menunggu saat penarikan mundur pasukan AS. Sementara AS menjanjikan akan mulai memulangkan pasukannya dari Irak bulan Juni mendatang. Rakyat Irak sudah muak dengan kehadiran pasukan asing yang justeru membawa kesengsaraan lebih dalam. Tak heran jika banyak rakyat Irak yang akhirnya merindukan saat Saddam Hussein masih berkuasa.

"AS mengatakan akan mengakhiri penjajahannya di Irak, tapi kita tidak tahu apa sebenarnya ambisi para penjajah itu. Mereka bisa saja nantinya mengatakan bahwa situasi keamanan Irak belum stabil dan memperpanjang keberadaannya di negeri ini," kata Abdul Wahab al-Qassab, peneliti di lembaga Strategic Studies Centre yang berbasis di Doha, Qatar.

"AS juga mengatakan akan menyisakan 50.000 pasukannya di Irak untuk melatih pasukan militer Irak. Tapi saya pikir semua rakyat Irak menginginkan pasukan AS segera keluar dari negeri itu," sambung al-Qassab.

Rindu Baghdad Masa Lalu

Jatuhnya Saddam Hussein oleh invasi AS ke Negeri 1001 Malam itu, awalnya membawa setitik harapan bagi rakyat Irak akan kehidupan yang lebih baik. Tapi harapan mereka tak terwujud. AS malah menjajah Irak dan membawa kesengsaraan bagi kehidupan rakyat Irak.

"Awalnya, rakyat Irak memaknai jatuhnya kota Baghdad ke tangan pasukan AS sebagai berakhirnya penderitaan hidup, berakhirnya sebuah penjara besar yang diciptakan Saddam Hussein terhada kami. Tapi ternyata, pasukan AS melakukan hal yang sama dengan Saddam pada kami," keluh Lattifah Muhammad, seorang guru SMP di kota Baghdad.

"Saya merindukan Baghdad di masa lalu. Saya bisa pergi dan duduk di pinggir danau tanpa merasa was-was jika sewaktu-waktu bom meledak atau ada seseorang yang akan menculik anak kami," sambung Lattifah, ibu dari tiga anak.

Keluhan serupa disampaikan Ala’a Abdel Kareem, seorang pemilik toko. "Saya ingat, waktu itu saya duduk di sofa sambil menonton televisi, menyaksikan kejatuhan Baghdad. Saya dan keluarga sangat bahagia seolah-olah kami mendapatkan uang jutaan dollar. Tapi kebahagiaan itu tidak lama. Kami kemudian menyadari, hidup dibawah rezim diktator ternyata lebih baik dibandingkan hidup dibawah penjajahan AS," kenang Abdel Kareem.

Invasi AS selama enam tahun di Irak membuat kehidupan rakyat Irak makin memburuk dan membuat negara itu terpecah belah akibat aksi-aksi kekerasan. Sampai saat ini, masih ada dua juta rakyat Irak yang berada di pengungsian untuk menghindari aksi-aksi kekerasan itu. Jalan-jalan utama di kota Baghdad juga banyak yang dibarikade dan tank-tank tentara AS melakukan patroli selama 24 jam.

"Setelah jatuhnya kota Baghdad, rakyat Irak jadi rawan menjadi korban serangan. Kota kami, yang dulu merupakan kota paling indah di seluruh Arab, kini cuma menjadi zona pertempuran yang memakan korban warga sipil tak berdosa," imbuh Abdul Kareem. (ln/iol/aljz)