Ramadan, Perekonomian Timur Tengah Kembali Menggeliat

Meski situasi politik di Timur Tengah masih memanas, geliat bisnis di kawasan itu tetap bergairah selama bulan suci Ramadan dan masih memberikan keuntungan besar bagi para pedagang.

"Kami melihat penjualan meningkat 20 persen dibandingkan penjualan biasanya," kata Shaji Philip, manajer pusat perdagangan grosir di Uni Emirat Arab, "dari jam 02.00 sampai jam 06.00 sore kami sangat sibut, setelah itu orang-orang pulang ke rumah untuk berbuka puasa. Dan kami sibuk lagi setelah pukul 09.00 malam."

Para pedagang eceran di Uni Emirat Arab mengatakan, konsumsi masyarakat selama bulan Ramadan meroket hingga 30 persen, terutama kebutuhan sehari-hari untuk keperluan berbuka puasa. Pada bulan Ramadan, konsumsi makanan juga meningkat karena selain untuk berbuka, muslim juga harus menyediakan makanan untuk sahur.

Meningkatnya permintaan akan bahan makanan membuat sejumlah pedagang eceran mencari celah untuk mencari keuntungan yang lebih besar dengan menaikkan harga barang. Untuk mencegah tak terkedalinya harga-harga makanan, pemerintah Uni Emirat Arab biasanya menetapkan harga baku untuk bahan pangan selama bulan Ramadan.

Menjelang akhir bulan Ramadan dimana umat Islam mempersiapkan diri menyambut Idul Fitri juga menjadi peluang bisnis yang besar, para pedagang eceran dan mall-mall menawarkan diskon berbagai produk.

Di negara-negara Arab, konsumsi rumah tangga menjadi salah roda penggerak utama aktivitas perekonomian. Di Arab Saudi misalnya, pengeluaran konsumen meliputi 35 persen aktivitas perekonomian negeri itu, di Mesir bahkan mencapai 73 persen.

Situasi politik yang masih labil di berbagai kawasan Timur Tengah tidak banyak berpengaruh pada kondisi bisnis terutama di bulan Ramadan ini. "Setelah Ramadan, perekonomian akan makin menggeliat," kata Shaharayar Umar, direktur pemasaran Pan Arab Research Center (PARC) di Dubai.

Menurut PARC, di negara-negara Arab, biaya iklan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan Ramadan biasanya meningkat dua kali lipat. Beberapa perusahaan tak segan-segan menghabiskan lebih dari 78 persen dari biaya iklan tahunannya untuk keperluan promosi selama bulan Ramadan.

Televisi menjadi media utama yang dipilih untuk mempromosikan barang saat Ramadan, dengan asumsi pada bulan suci Ramadan waktu orang menonton televisi lebih banyak dibandingkan bulan-bulan biasa. Menurut juru bicara jaringan televisi regional MBC, Mazen Hayek, selama Ramadan rata-rata waktu orang menonton televisi meningkat dua kali lipat menjadi 7 jam per hari.

Pada tahun 2010, dari total biaya promosi bulan Ramadan sebesar 2,2 miliar USD, 1,7 miliar USD dialokasikan untuk promosi di televisi. Tahun ini, biaya promosi untuk televisi dipekirakan masih sama besarnya, untuk mendongkrak penjualan yang menurun karena situasi politik yang memanas di kawasan Timur Tengah. (kw/oi)