Ramadhan di Somalia : Tembakan Menyambut Waktu Ifthar

Ahmed Nour duduk bersama keluarganya di rumah mereka di sebelah selatan Mogadishu, menunggu masuknya waktu adzan Maghrib (malam) yang menandakan waktu untuk berbuka puasa.

Tiba-tiba suara rentetan senjata memecah keheningan waktu dalam menanti waktu berbuka, membawa mereka terpaksa harus melarikan diri.

"Kami disambut dengan tembakan senapan sewaktu berbuka puasa," kata Nour kepada IslamOnline.net.

"Daripada pergi masuk dalam ke rumah-rumah dan masjid untuk berbuka puasa, kami lebih memilih berlari ke tempat pengungsian.

"Kami merayakan Ramadhan dengan tembakan bukan dengan kurma," katanya.

Banyak Muslim berbuka puasa dengan memakan kurma, sebuah Sunnah dari Nabi Muhammad SAW.

Pihak oposisi Somalia semakin menggiatkan serangan mereka terhadap pasukan pemerintah selama bulan puasa Ramadhan.

Enam orang tewas Jumat lalu ketika sebuah tembakan mortir nyasar menabrak sebuah kompleks rumah sakit di Mogadishu sebelum waktu berbuka puasa.

"Serangan mortir telah menewaskan 9 orang penyandang cacat dan melukai 19 lainnya dengan cedera yang serius," kata Syeikh Ali Yasin, wakil ketua Kelompok Perdamaian Elman dan hak asasi manusia, kepada Reuters.

Kelompok milisi Al-Shabab dan Hezb al-Islam yang bersekutu telah menolak seruan dari Presiden Somalia Sheikh Sharif Sheikh Ahmed untuk melakukan gencatan senjata selama bulan suci Ramadan.

Kedua kelompok melancarkan serangan mematikan pada bulan Mei lalu melawan pasukan pemerintah dalam upaya untuk menggeser pemerintahan Sheikh Sharif.

Pertempuran telah menyebabkan ratusan warga sipil tewas, menurut Kantor PBB dari Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia.

Lebih dari 200.000 orang juga telah mengungsi dalam dua bulan terakhir.

Takut untuk Iftar

Sukacita di bulan Ramadhan yang biasa tergambar di wajah Muslim di seluruh dunia hampir tidak ada pada wajah Muslim Somalia.

"Sejak awal Ramadhan, Somalia tidak bisa mendapatkan satu kalipun waktu yang aman disaat berbuka puasa," kata seorang wartawan lokal mengatakan kepada IOL, yang tidak ingin disebutkan namanya.

"Mereka (militan) menargetkan wilayah pemukiman di sekitar pasar, meninggalkan orang-orang dalam ketakutan."

"Kami juga menjadi target meriam dari pasukan Afrika," Abdul-Rahman Abdullah, dari Haden distrik di selatan Mogadishu, mengatakan kepada IOL.

Mandat pasukan penjaga perdamaian Afrika baru-baru ini telah diubah untuk memungkinkan pasukan tersebut untuk bertempur bersama pasukan pemerintah melawan kaum militan.

Tapi hal ini tidak pernah dapat membawa kembali senyum ke wajah Muslim Somalia.

"Penduduk yang masih tinggal di daerah ini telah mencicipi segala bentuk kepanikan dan ketakutan," kata Abdullah.

"Kegembiraan di hati sewaktu Ifthar, telah menjadi waktu yang membawa rasa takut dan kesedihan."(fq/iol)