Rumah Sakit Peshawar Kewalahan Merawat Korban Perang

Sementara ambulans terus membawa korban pemboman, rumah sakit di Peshawar dipaksa untuk merawat orang sakit, bahkan di koridornya.

"Rumah sakit sudah dipenuhi dengan ratusan korban bunuh diri dan bom mobil," kata Dr Rahim Jan Afridi, pengawas medis dari Rumah Sakit Lady Reading.n "Kami sudah kehabisan tempat tidur, tapi kami tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menghadapi situasi ini."

Ambulans bergegas menjaga orang luka-luka dalam serangan bom ke Rumah Sakit Lady Reading, yang merupakan rumah sakit tertua dan terbesar di Provinsi Perbatasan Barat Utara (NWFP) dengan kapasitas 1600 tempat tidur.

Para korban berserakan di lantai yang dingin. Kondisi mereka penuh darah dan banyak yang menahan menjerit kesakitan. Ruang gawat darurat tidak punya ruang untuk menampung pendatang baru. Para korban yang ditempatkan di lorong dan koridor rumah sakit akhirnya malah menghalangi jalan untuk pejalan kaki.

"Kami membutuhkan lebih banyak tempat tidur, staf dan fasilitas lainnya untuk mengatasi situasi yang luar biasa ini," kata Dr Afridi.

Hampir semua milik rumah sakit di Peshawar—baik milik pemerintah ataupun swasta, sudah kehabisan ruang karena pasien berdatangan setiap hari. Dalam delapan hari ini saja, lebih dari 200 orang telah tewas dan sekitar 600 cedera.

Saat ini memang hampir setiap saat terjadi pemboman di Peshawar. (sa/iol)