“Sampai Kapan Israel Bebas Membunuh Anak-anak Kami?”

“Sampai kapan Israel terus menerus membunuhi anak-anak kami, kaum wanita kami, orang-orang tua kami di dalam rumah mereka, di tanah air mereka, dan di kampung halaman mereka?” Duka tangis mengiringi seorang ibu salah satu korban pembantaian Beit Hanun yang dilakukan pasukan Israel pada Rabu (8/11) kemarin. Jasad anak wanitanya tergeletak di hadapannya.

Rasa sakit penduduk sipil Palestina yang terus menerus dibantai Israel adalah luka menganga yang tak pernah dipedulikan masyarakat dunia. Pasukan Zionis Israel telah memblokade Beit Hanun selama 6 hari dan kemarin, Israel meluluhlantakkan sejumlah rumah di tepi jalan Beit Hanun. Dari sisa reruntuhan rumah itu ditemukan puluhan orang antara yang masih hidup dan sudah meninggal. Mereka seluruhnya dilarikan ke rumah sakit Kamal Udwan, Utara Ghaza.

Ratusan orang lalu beriringan membawa jenazah korban di jalanan itu. Sejumlah kaum wanita berada di sisi barisan pembawa jenazah itu sebagai border. Mereka, membawa senjata dan sesekali perempuan berjilbab itu menembakkan senjatanya ke arah udara untuk menghormati jenazah yang akan dikebumikan. Para pengiring jenazah berteriak, “Balas… balas…. Hasbunallah wa ni’mal wakiil..,Orang yang syahid adalah kekasih Allah… hasbunallah wa ni’mal wakiill… Ya Allah… hancurkan Amerika dan Israel.. “

Seorang ibu dari anak yang menjadi korban mengatakan, “Kami katakan kepada dunia semuanya… Kami tidak ingin makan dan minum.. kami hanya ingin keamanan dan nyawa anak-anak kami…” Ibu tersebut telah kehilangan puteranya akibat pemboman yang dilakukan Israel, ia juga sudah tidak memiliki rumah yang telah luluh lantak oleh bom. Ia meminta kepada seluruh komponen pejuang Palestina untuk bersatu, mengarahkan serangan balasan yang menyakitkan di jantung Israel.

Tidak jauh dengan lokasi itu, DR. Mahmud Abu Daf, salah satu pimpinan Hamas menyampaikan ceramahnya. Ia mengatakan, “Sungguh indah persahabatan ini. Jihad yang mereka lakukan memberi kehidupan untuk mereka dan untuk kita. Kehidupan mereka dan kehidupan kita ada dalam jihad. Indah sekali kalian wahai para syuhada. Berapa banyak syuhada yang kalian iringi kepergiannya. Berapa banyak Al-Quran yang telah kalian khatamkan. Indah sekali kehidupan ini… kehidupan para syuhada…”

Ia menambahkan, “Ini adalah darah yang suci. Yang akan menumbuhkan benih-benih perlawanan di tanah kami. Akan menjelma menjadi senjata yang masuk di ruang tidur orang-orang Israel. Meski kami sakit dan menderita. Mereka juga menderita. Tapi kami bisa berharap dari Allah swt, yang tidak bisa mereka harap. Kami memohon rahmat Allah dalam perlawanan kami, keteguhan kami dan ketetapan kami…” (na-str/iol)