Sebagian Besar Bantuan Obat ke Gaza Berakhir di Tempat Sampah

Bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan yang dikirim negara-negara donor ke Gaza pascaagresi Israel ke wilayah itu pada Desember-Januari 2008, banyak yang tidak bisa digunakan dan terbuang sia-sia karena kualitas barang bantuan yang buruk, jenis obatnya bukan obat yang dibutuhkan di Gaza, bahkan sudah hampir kadaluarsa.

Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, bantuan kemanusiaan yang kualitasnya rendah dan sudah hampir kadaluarsa itu harus berakhir di tempat pembuangan sampah akhir di Gaza karena jika dipakai akan membahayakan kesehatan warga Gaza.

Selain itu, menurut sejumlah dokter di Gaza, peralatan medis yang dikirm sebagai bantuan ke Gaza juga sudah ketinggalan zaman, sudah usang–bahkan ada yang usianya lebih dari 10 tahun–, dalam kondisi rusak dan tidak sesuai dengan penggunaan listrik di Gaza.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, dari seluruh bantuan medis yang diterima selama 18 bulan terakhir, sekira 70 persen bantuan medis senilai jutaan dollar terpaksa dibuang ke tempat sampah. Seorang dokter di Gaza, mengomentari kondisi ini mengatakan, Gaza telah menjadi tempat pembuangan barang-barang bantuan kemanusiaan, saking banyaknya jenis barang bantuan yang terpaksa dibuang karena tidak bisa digunakan.

Tapi ternyata ada yang lebih memprihatinkan. "Kadang obat-obatan itu dikirim ke perbatasan Al-Arish di Mesir sebelum masuk ke Gaza. Jika petugas di Gaza mengatakan bahwa bantuan obat-obatan itu tidak bisa masuk karena sudah kadaluarsa, obat-obatan itu kemudian dikirim ke tempat lain, yaitu ke Darfur Sudan!" kata dokter yang tidak mau disebut jati dirinya.

Kementerian Kesehatan Hamas mengungkapkan, dua bulan yang lalu mereka menerima bantuan Tamiflu–obat untuk mereka yang terserang virus flu burung–senilai dua juta dollar. Tapi karena ancaman virus flu burung sudah lewat, mereka menolak obat tersebut dan dibuang ke tempat pembuangan sampah di Gaza.

Salah satu penyebab situasi ini menurut Dr Ehab Hijazi, ketua Komite Donasi Kementerian Kesehatan Hamas, karena negara dan organisasi pemberi bantuan tidak melakukan kordinasi langsung dengan Hamas untuk mengetahui obat dan peralatan medis apa saja yang dibutuhkan di Gaza. Saat ini, kata Hijazi, rumah sakit-rumah sakit di Gaza sangat membutuhkan 115 jenis obat, termasuk anti biotik dan obat-obatan untuk penyakit kanker.

Negara dan organisasi pemberi bantuan itu tidak mau berkordinasi dengan pihak Hamas karena oleh banyak negara Barat Hamas dimasukkan dalam daftar teroris, dan mereka merasa terikat dengan hal itu. Padahal jika para donor mau berdialog dengan Hamas, mereka tidak akan menghadapi resiko bantuan mereka ditolak sehingga dana bantuan mereka tidak terbuang sia-sia. (ln/ICH)