Sebagian Negara Uni Eropa Mulai Tertarik untuk Buka Pintu Diplomatik Dengan HAMAS

hamasBelakangan ini sebagian besar negara Eropa tertarik untuk membuka pintu diplomatik ke Hamas, anggota dari organisasi Palestina itu mengatakan kepada  Guardian pada hari Jumat (12/7).

Pertemuan antara Hamas dan perwakilan Uni Eropa telah intensif terjadi selama beberapa bulan terakhir,  pejabat dari Hamas itu mengatakan bahwa mereka masih dalam kondisi  ‘low profile’ dalam  pembicaraan kedua belah pihak.

“Negara-negara Eropa itu mempercayai kami untuk tidak mengungkapkan informasi tentang pembicaraan tersebut,” kata Ahmed Yousef, anggota dewan Syura Hamas , dan mantan wakil menteri luar negeri.

“Kami memilih untuk tidak  berbicara tentang hal itu,  tapi saya yakin  bahwa sebagian besar negara Eropa akan  tertarik untuk membuka pintu diplomatik ke Hamas. ”

Pada tahun 2007, Uni Eropa melarang  negara-negara anggota Uni Eropa untuk menjalin dengan organisasi Islam Hamas ketika mereka  mengambil alih Gaza, Guardian melaporkan. Bahkan Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh kantor pusat Uni Eropa di Brussels.

Sementara itu, Inggris, Belanda dan Swedia menolak apa yang dilaporkan oleh  The Guardian .

“Pembicaraan hanya pada kegiatan kegiatan yang  tidak pada tingkat resmi kenegaraan ,dan ada juga pertemuan resmi tetapi sangat jauh dari publikasi ,” kata Basem Naim, yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri pemerintahan Hamas di Gaza dan mantan menteri kesehatan.

“Kami telah bertemu dengan beberapa duta besar dan beberapa pejabat pemerintah Eropa.” tambahnya.

Awal tahun ini, seorang anggota senior Hamas dilaporkan telah mengumumkan rencana untuk melobby dukungan dari  Uni Eropa dalam rangka menghapusnya organisasi Hamas dari daftar terorisme.

“Negara-negara Eropa hanya menetapkan  satu syarat saja untuk melakukan penghapusan itu – yaitu menghindari serangan syahid di dalam wilayah Israel, dan Hamas juga sudah tidak melakukan serangan bom syahid  sejak tahun 2004,” kata seorang anggota senior Hamas dikutip kantor  berita Palestina Ma’an. (Arby/Dz)