Sekjen OKI Nyatakan Daulah Islam, As Shabab, Al Qaeda, Taliban Sebagai Kelompok Setan

okiEramuslim.com – “Tujuan Aksi terorisme dan praktek ekstremisme Islam untuk membagi dunia Muslim,” Ujar Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, pada hari Rabu pada pertemuan Organisasi negara-negara Kerjasama Islam (OKI) di Kuwait.

“Kami telah berkomitmen dalam menghadapi tantangan ekstremisme dan kekerasan,” kata Jubeir di salah satu sambutan pada  pembukaan pertemuan itu.

“Terorisme, ekstrimisme dan sektarianisme bertujuan untuk membagi dunia Muslim,” tambahnya, ia mengutip konflik di Yaman sebagai “refleksi  masyarakat Muslim global.”

Dalam pernyataan pembukaannya,  Emir Kuwait , Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah mengatakan koalisi Arab harus “menanggapi permintaan Presiden Yaman untuk mengembalikan legitimasi kepemimpinannya.”

Sheikh Sabah membela serangan udara pimpinan Saudi  terhadap Syiah Houthi Yaman.

Al-Sabah juga menyerukan untuk  memerangi penyebaran Daulah Islam di Irak dan Suriah dan mengutuk aksi bom bunuh diri  pada hari Jumat lalu yang menewaskan 21 penganut Syiah di sebuah tempat ibadah Syiah  di desa al-Qadeeh di Arab Saudi.

“Kita harus mengambil sikap serius terhadap penyakit sektarian yang telah mengguncang struktur bangsa,” kata Emir Al Sabah dihadapan para menteri luar negeri dan perwakilan dari  57-anggota OKI.

“Fanatisme adalah  paling berbahaya bagi keberadaan bangsa kita … Kita semua menjadi pecundang dalam konflik ini, dan pemenangnya adalah orang yang ingin mengobarkan perselisihan  untuk tujuan mereka sendiri …”

Pada krisis Suriah, Sheikh Sabah mengatakan perang empat tahun itu hanya dapat diselesaikan melalui saluran diplomatik .

Sekretaris Jenderal OKI Iyad Madani Ameen mengatakan: “Terorisme telah menimbulkan tantangan yang menakutkan bagi keamanan dan stabilitas negara anggota OKI dan masyarakat global . Kelompok setan seperti ISIS, Boko Haram, Al Shabab, Al-Qaeda dan Taliban beroperasi dengan melanggar prinsip-prinsip Islam dan bahkan mengancam kelangsungan hidup beberapa Negara Anggota.

“Tapi kita harus melihatnya lebih dari sekedar ancaman keamanan dalam  memerangi terorisme dan ekstremisme. Solusi jangka panjang yang berkelanjutan membutuhkan keterlibatan masyarakat sipil dalam mengatasi tantangan sosial-ekonomi seperti pengangguran yang mudah direkrut oleh para ekstrimis . ”

Ia juga menambahkan: “Kami juga harus mengatasi narasi yang berbau ekstrimis dan pidato pidato kebencian yang mengilhami  agresi anti-Muslim  seperti di Myanmar dan penargetan agama minoritas di negara-negara mayoritas Muslim.” (Arby/Dz)