Sekolah Islam di AS, Eksis Ditengah Kampanye Hitam Media Massa

Sejak insiden serangan 11 September 2001, sekolah Islam Islamic Saudi Academy (ISA) dii Virginia, AS menjadi target pemberitaan yang buruk oleh media massa lokal. Sekolah ini dituding menggunakan buku-buku teks yang mengajarkan terorisme, kebencian dan anti-Semit. Tahun 2008 lalu, lembaga Commission on International Religious Freedom di AS bahkan mengeluarkan laporan bahwa buku-buku pegangan di sekolah ini memuat materi-materi yang "sangat mengganggu."

Direktur ISA, Abdulrahman Alghofali mengatakan pihaknya sudah beberapa kali mengundang Komisi itu datang ke sekolah dan membahas apa yang menjadi kekhawatiran mereka. Tapi Komisi tersebut tidak pernah merespon undangan ISA.

"Kita akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang persoalan ini jika mereka mau secara langsung berdialog dengan kami daripada bicara pada media," kata Alghofali.

Ia menegaskan bahwa ISA mengajarkan sikap saling menghormati dan saling memahami antara Muslim dan non-Muslim, antara orang Arab dan orang Amerika tanpa harus menghapus keyakinan agama mereka. "ISA menanamkan toleransi, kejujuran, integritas dan rasa kasih sayang pada seluruh staff dan siswa siswinya," tukas Alghofali.

Dan itu sudah dibuktikan ISA denga melibatkan diri dalam organisasi Northern Virginia Independent Athletic Conference (NVIAC) dan the Mount Vernon Youth Athletic Association, sebuah komunitas yang memanfaatkan olahraga atletik untuk membangun sikap warga negara yang baik. ISA juga melibatkan siswanya dalam sejumlah program model imitasi misalnya, lembaga kepresidenan, PBB dan menjadi pengusaha AS di masa depan. ISA juga mengajarkan drama-drama karya Shakespeare pada siswa siswinya.

ISA didirikan pada tahun 1984 dengan sponsor negara Arab Saudi. Sekolah ini merupakan sekolah bilingual yang menggunakan bahasa Arab dan Inggris dan menerapkan kurikulum ganda, yaitu berdasarkan kurikulum pengajaran yang berlaku di Timur Tengah dan kurikulum yang berlaku di AS.

Meski media massa lokal memberitakan hal-hal yang buruk tentang ISA, Alghofali menyatakan bahwa sekolah yang dipimpinnya tidak pernah bermasalah dengan pemerintah atau lembaga pemerintah lokal maupun federal. Ia juga membantah laporan media massa bahwa ISA menggunakan buku teks yang mengajarkan kebencian, terorisme dan anti-Semit.

"Kami melakukan revisi secara periodik dan memperbaharui kurikulum terhadap semua mata pelajaran sebagai bagian dari peninjauan terhadap proses akademis secara keseluruhan," jelas Alghofali.

Pemberitaan media massa tentang ISA membuat sejumlah pihak prihatin. Inilah sebuah realita pahit yang harus dihadapi warga Muslim dan institusi-institusi Muslim di AS pasca serangan 11 September. Stephen Schwartz, ketua Union for Reform Judaism (URJ)-salah satu organisasi Yahudi AS terbesar-bahkan menyatakan bahwa media massa AS sudah memojokkan Islam dan membuat gambaran yang buruk tentang umat Islam.

Meski media massa lokal melakukan kampanye hitam terhadap ISA, jumlah siswa yang mendaftar ke sekolah ini tetap tinggi. Untuk tahun ini, jumlah calon siswa baru yang mendaftarkan diri sekitar 1.200 orang. ISA menyediakan kelas TK sampai kelas enam SD. (ln/iol)