Kesepakatan Baru, Komitmen AS untuk Melindungi Israel

AS menandatangani kesepakatan bantuan militer untuk Israel senilai 800 juta dollar sebagai bentuk komitmen AS untuk menjaga keamanan negara Zionis itu.

Majalah mingguan Defense News terbitan AS menurunkan laporan tentang adanya kesepakatan antara AS-Israel yang ditandatangani sebulan yang lalu. Dalam laporan itu disebutkan, berdasarkan kesepakatan tersebut, militer AS akan meningkatkan dua kali lipat nilai bantuan peralatan militer darurat negara itu pada Israel dan Israel diijinkan untuk menggunakan perlengkapan perang milik AS dalam kondisi darurat.

Kesepakatan itu merupakan keputusan final dari pembahasan yang dimulai sejak setahun lalu, tentang tipe dan jumlah senjata serta amunisi yang akan dikirim AS ke Israel, sebagai bagian dari kebijakan AS untuk menimbun persediaan persenjataannya di tempat-tempat yang mudah dijangkau AS jika negara itu akan melakukan operasi militernya. Selain itu, sebagai upaya mempermudah sekutu-sekutu AS untuk menggunakan senjata artileri milik AS tersebut dalam situasi darurat.

Defense News menyebutkan, pihak Israel yang menandatangani perjanjian itu diwakili oleh Kepala bidang logistik dan teknologi militer Israel, Brigadir Jenderal Ofer Wolf. Sedangkan pihak AS diwakili oleh Direktur Logistik Komando Pasukan AS untuk Eropa, Laksamana Andy Brown.

AS mulai menimbun peralatan militernya senilai 100 juta dollar di Israel sejak tahun 1990 atau sekitar 12 tahun setelah Negeri Paman Sam itu melakukan kebijakan untuk menempatkan senjata-senjatannya di wilayah-wilayah yang menjadi sekutu AS, dimulai di Korea Selatan.

Pada Defense News, seorang pejabat departemen pertahanan AS mengatakan kesepakatan baru antara AS-Israel terkait bantuan dan peralatan militer bulan Desember lalu, menunjukkan bahwa pemerintahan Obama (Presiden AS) melanjutkan komitmen AS untuk menjaga keamanan Israel. Meski situasi ekonomi dan inflasi membuat AS harus membatasi bantuan persenjataannya pada Israel dalam bentuk misil, kendaraan tempur, persenjataan udara dan senjata-senjata artileri.

Kesepakatan itu bertujuan untuk membantu upaya Israel untuk memperkuat persenjataannya yang akan digunakan dalam situasi darurat. Israel mengklaim kekurangan senjata artileri dan udaranya setelah perang melawan Hizbullah di Libanon tahun 2006 lalu. Militer Israel mengatakan bahwa saat ini persenjataan yang masih dimiliki Israel adalah senjata-senjata yang kurang berbahaya. (ln/hrz)