Setelah Uighur, Dugaan Diskriminatif China Meluas Menyasar Muslim Utsul di Hainan

eramuslim.com –  Azan masih menggema melalui lorong-lorong di Sanya, lingkungan muslim yang berusia hampir 1.000 tahun di China. Menara masjid berhias bulan sabit di puncaknya menjulang melewati atap-atap rumah. Tindakan keras pemerintah terhadap komunitas religius dan kecil di kota China selatan itu terjadi secara halus.

Tanda-tanda yang dipasang di toko-toko dan rumah-rumah bertuliskan “Allahuakbar” ditutup dengan stiker yang mempromosikan “Impian China”, slogan resmi nasional. Huruf Mandarin “halal”, dihapus dari tanda di restoran dan buku menu. Pihak berwenang menutup dua sekolah Islam dan dua kali mencoba melarang siswa perempuan memakai jilbab.

Utsul, komunitas muslim yang populasinya tak lebih dari 10.000 jiwa di Sanya, di antara target baru kampanye Partai Komunis China melawan pengaruh asing dan agama. Beijing berusaha mengikis identitas agama bahkan dari minoritas muslim terkecil, dalam upaya untuk menyatukan budaya China dengan mayoritas etnis Han.

Setelah Uighur, Dugaan Diskriminatif China Meluas Menyasar Muslim Utsul di Hainan

Pembatasan baru di Sanya, sebuah kota di pulau resor Hainan, menandai berubahnya kebijakan pemerintah. Sampai beberapa tahun lalu, para pejabat mendukung identitas Islam Utsul dan hubungan mereka dengan negara-negara muslim, menurut para pemimpin agama dan penduduk setempat, yang berbicara tanpa menyebut nama untuk menghindari pembalasan pemerintah.

Partai Komunis mengatakan pembatasan mereka terhadap Islam dan komunitas muslim bertujuan untuk mencegah kekerasan berbasis ekstremisme agama. Hal itu kerap jadi dalih China dalam kebijakan kerasnya terhadap minoritas muslim, seperti yang terjadi pada Muslim Uighur dan minoritas lainnya di wilayah Xinjiang.

Menurut profesor yang mempelajari Islam China di Universitas Negeri Frostburg Maryland, Ma Haiyun, pengetatan kontrol atas komunitas Utsul mengungkap wajah asli kampanye Komunis China terhadap komunitas lokal.

“Ini terkait upaya memperkuat kontrol negara. Itu murni anti-Islam,” jelasnya, dikutip dari The New York Times, Senin (15/2).

Pemerintah China berulang kali membantah pihaknya menentang Islam. Tapi di bawah Presiden Xi Jinping, partai Komunis telah merobohkan masjid-masjid, makam kuno, kubah dan menara Islam di barat laut dan tengah China. Tindakan kerasnya sangat terfokus pada Uighur, minoritas muslim Asia Tengah yang berjumlah 11 juta di Xinjiang, banyak dari mereka telah ditahan di kamp-kamp penahanan massal dan dipaksa untuk meninggalkan Islam.