Sidang Pertama Martir Jilbab Dijaga Ketat

Polisi Jerman mengerahkan sekitar 200 aparatnya untuk menjaga jalannya proses pengadilan terhadap kasus pembunuhan Marwa Al-Sharbini di kota Dresden, Jerman, Senin (26/10) waktu setempat.

Penjagaan keamanan dilakukan dengan ketat. Para wartawan dan warga yang ingin menyaksikan jalannya pengadilan harus melewati proses pemeriksaan yang memakan waktu cukup lama, layaknya pemeriksaan penumpang di bandara. Polisi Dresden juga menutup akses jalan menuju ke gedung pengadilan dan melakukan sistem barikade di sekeliling ruang pengadilan.

Duduk di kursi terdakwa, seorang pemuda Jerman yang oleh pihak pengadilan hanya diidentifikasi bernama Alex Wiens. Di ruang pengadilan, Alex ditempatkan di sebuah ruangan berkaca anti-peluru. Ia adalah pemuda Jerman keturunan Rusia yang menusuk Marwa Al-Sharbini sebanyak 16 kali hingga Marwa yang saat kejadian sedang hamil tiga bulan, meninggal dunia.

Peristiwa mengenaskan terjadi pada tanggal 1 Juli 2009 di ruang pengadilan kota Dresden, ketika Marwa akan memberikan kesaksian atas tindakan rasial yang dilakukan Alex terhadap Marwa. Alex berulangkali menyerang Marwa hanya karena Marwa mengenakan jilbab. Karena pengorbanan Marwa mempertahankan kehormatannya sebagai muslimah berjilbab, Marwa diberi gelar "Martir Jilbab".

Persidangan terhadap kasus pembunuhan Marwa Al-Sharbini dihadiri oleh Dubes Mesir untuk Jerman, Ramzy Ezzeldin Ramzy serta perwakilan dari kantor kejaksaan kota Alexandria, kampung halaman Marwa. Banyak diantara warga yang menyaksikan proses persidangan mengenakan lencana bertuliskan "Martir Jilbab".

Jaksa penuntut dari Jerman maupun pemerintahan Mesir menuntut hukuman maksimum bagi Alex Wiens. "Dia (Alex telah menikam Marwa dan suaminya atas dasar kebencian terhadap etnis non-Eropa dan terhadap Muslim. Dia ingin membinasakan mereka," kata jaksa penuntut, Frank Heinrich.

Pembacaan tuntutan terhadap Alex Wiens menurut jadwal, akan dilaksanakan tanggal 11 November mendatang

Sementara itu, komunitas Muslim Jerman yang berkumpul di dekat gedung pengadilan, membentangkan spanduk yang isinya menuntut hukuman berat bagi pelaku pembunuhan berlatarbelakang rasial. "Banyak orang di dalam dan di luar Jerman yang sedang mengarahkan pandangannya ke kota Dresden dan berharap bisa melihat pelaku pembunuhan itu dihukum berat," kata Nabil Yacoub, seorang warga Muslim Jerman.

Alex Koehler, presiden German Central Council of Muslims menyatakan, komunitas Muslim memberi perhatian besar atas jalannya persidangan dan melakukan langkah antisipasi untuk melindungi para muslimah yang merasa khawatir akan keselamatan mereka.

Insiden pembunuhan terhadap Marwa Al-Sharbini yang terjadi di depan keluarga dan aparat penegak hukum di Jerman merupakan insiden yang membuat banyak pihak terkejut dan menuding pemerintah Jerman abai dalam merespon tindak kejahatan berdasarkan kebencian terhadap komunitas Muslim di negeri itu. (ln/iol/aby)