Sikap Yahudi AS Soal Opsi Militer ke Iran

Sebuah polling yang dilakukan di kalangan komunitas Yahudi AS menunjukkan bahwa prosentase responden yang mendukung dan tidak mendukung serangan militer ke Iran, cuma beda tipis.

Polling dilakukan pada tanggal 28 Februari sampai 8 Maret oleh J Street, kelompo advokasi Yahudi yang berbasis di Washington, sebuah kelompok advokasi yang mengkampanyekan perubahan pendekatan dalam isu-isu Timur Tengah

Laporan surat kabar Israel, Haaretz melaporkan, sekitar 800 responden dari komunitas Yahudi AS ditanya "apakah AS perlu melakukan serangan militer ke Iran jika Iran dianggap telah membuat persenjataan nuklir?". Dari ratusan responden itu, 41 persen mengatakan perlu, 40 persen mengatakan tidak perlu dan 16 persen abstein.

Meski dari hasil polling menunjukkan Yahudi yang mendukung dan tidak mendukung serangan ke Iran cuma beda tipis, wacana yang makin menguat agar AS melakukan tindakan militer untuk menghentikan program nuklir Iran tidak lepas dari pengaruh kelompok lobi Israel dan komunitas Yahudi di AS.

Sudah menjadi rahasia umum, kelompok-kelompok lobi Yahudi di AS mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri pemerintah AS terutama yang menyangkut isu-isu Timur Tengah. Kelompok lobi ini bahkan mampu "menentukan" siapa saja yang bisa menjadi pejabat di pemerintahan AS.

Kasus Charles W. Freeman yang mengundurkan diri dari pencalonan sebagai ketua Dewan Intelejen Nasional AS di jajaran kabinet Obama, adalah salah satu contoh kasus kuatnya pengaruh lobi-lobi Yahudi di Washington. Freeman, tokoh yang dikenal vokal mengecam tindakan biadab Israel di Palestina, mengundurkan diri meski sudah dicalonkan oleh Presiden Obama, karena konspirasi lobi-lobih Yahudi yang sengaja melakukan agitasi dan pembunuhan karakter terhadap Freeman. Lobi-lobi Yahudi itu dengan berbagai cara berupaya mencegah agar tokoh-tokoh yang kritis terhadap Israel tidak masuk dalam jajaran pemerintahan AS.

Kelompok-kelompok lobi Yahudi ini pula yang sekarang sedang gencar-gencarnya memprovokasi dan menghasut pemerintahan Obama agar bersikap keras terhadap program nuklir Iran. Berdasarkan hasil polling yang dimuat surat kabar Haaretz, 39 persen responden di kalangan Yahudi AS mendukung keinginan Presiden Obama membuka dialog dengan Iran dan 27 persen responden mendukung agar Iran diberi sanksi yang lebih berat.

Responden yang menentang aksi militer terhadap Iran menyatakan khawatir perang dengan Iran akan makin mempersulit posisi AS, apalagi dalam perang di Irak dan Afghanistan, AS terbukti mengalami kekalahan. Responden yang mendukung serangan ke Iran beralasan, Iran besar kemungkinan akan menggunakan teknologi nuklirnya untuk membuat senjata nuklir.

Selama ini, Israel dan AS, dua sekutu yang paling getol mengumbar tuduhan bahwa Iran diam-diam sedang membangun persenjataan nuklirnya. Padahal dari hasil pemantauan International Atomic Energy Agency (IAEA), pengayaan uranium yang dilakukan Iran masih sangat jauh dari level yang bisa digunakan untuk membuat senjata nuklir. Menurut IAEA, pengayaan uranium Iran baru 5 persen saja, sementara untuk membuat senjata nuklir, pengayaan uranium harus mencapai level 90 persen. (ln/prtv)