Soal Kartun Makin Panas, PM Denmark Hari Ini Gelar Pertemuan dengan Para Duta Besar

Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen hari ini Jumat (3/2) mengundang para duta besar di negaranya untuk membahas meluasnya aksi protes terhadap publikasi kartun Nabi Muhammad oleh sebagian besar media massa di Eropa. Inisiatif Rasmussen ini juga terkait dengan munculnya ancaman dari sejumlah faksi di Palestina yang akan melakukan aksi balasan terhadap warga negara asing karena negaranya sudah melecehkan Islam.

PM Denmark sebelumnya menolak permintaan dari 10 perwakilan negara Muslim di negeri itu untuk membicarakan kartun-kartun Nabi Muhammad yang pertama kali dimuat oleh Jyllands-Posten, harian terkemuka di Denmark. Meski kemarahan warga Muslim makin meluas, pada saat itu Rasmussen juga menolak untuk minta maaf dengan alasan publikasi kartun-kartun itu bukan bertujuan untuk menyinggung perasaan umat Islam.

"Pemerintah tidak bisa minta maaf atas nama surat kabar Denmark. Ini tidak sesuai dengan sistem demokrasi kita," kata Rasmussen waktu itu.

Namun akhirnya, harian Jyllands Posten minta maaf karena telah menimbulkan kemarahan umat Islam, namun menegaskan tetap akan menerbitkan kartun-kartun itu yang kemudian dipublikasikan lagi oleh sejumlah media massa di Spanyol, Perancis dan Jerman.

Belum diketahui negara mana saja yang akan hadir dalam pertemuan dengan Rasmussen pada Jumat ini. Kantor perdana menteri Denmark mengatakan, perdana menteri dan menteri luar negeri akan memberikan penjelasan pada duta besar seputar reaksi internasional atas kartun-kartun tersebut dan posisi pemerintah Denmark dalam kasus ini.

Sementara itu, menyusul ancaman dari faksi-faksi pejuang di Palestina, menteri luar negeri Denmark mengingatkan warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke Gaza.

Ancaman Faksi Pejuang Palestina

Hari Kamis kemarin, komando bersama Popular Resistance Committee dan Brigade Martir Al-Aqsa mengeluarkan pernyataan bahwa yang menjadi target mereka adalah semua warga negara asing dan mereka yang bekerja sebagai korps diplomatik di wilayah Palestina. Kedua faksi pejuang Palestina itu mendesak agar negara-negara yang memuat kartun Nabi Muhammad Saw menyatakan permohonan maaf.

"Kami mendesak kantor-kantor dan konsulat tiga negara (Denmark, Perancis dan Norwegia) terkait dengan pemuatan kartun itu ditutup, atau kami tidak segan-segan untuk menghancurkannya," demikian bunyi pernyataan faksi-faksi pejuang Palestina itu.

Juru bicara faksi-faksi tersebut, Abu Mudjahid mengatakan bahwa ancaman itu serius dan mungkin akan meluas pada warga negara asing lainnya yang negaranya ikut mempublikasikan kartun-kartun Nabi Muhammad.

Pada Kamis kemarin, sejumlah anggota Jihad Islam dan Brigade Yasser Arafat, sayap militer Fatah, mengepung gedung perwakilan Uni Eropa dan melepaskan sejumlah tembakan. Mereka menuntut permohonan maaf dalam waktu 48 jam.

Pemimpin Dunia Mulai Bereaksi

Arogansi Eropa, terutama Denmark yang menolak minta maaf menyusul pemuatan kartun-kartun tersebut di media massa negaranya, mulai menimbulkan reaksi dari para pemimpin negara. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad dalam pembicaraan lewat telepon dengan Raja Arab Saudi, Raja Abdullah mengatakan, ‘pentingnya menggalang reaksi yang kuat’ untuk masalah ini.

Presiden Mesir Husni Mubarak mengingatkan media massa di Eropa bahwa tindakan mereka mempublikasikan kartun-kartun Nabi Muhammad Saw sangat riskan dan akan memicu apa yang ia sebut sebagai ‘serangan balasan teroris.’

Juru bicara Mubarak dalam pernyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris mengungkapkan peringatan dari presidennya itu,"Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atas persoalan ini akan menjadi alasan bagi kekuatan radikal dan terorisme."

Kalangan umat Islam, seperti dikutip Reuters menyatakan bahwa pemuatan kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad oleh media massa di Eropa merupakan provokasi yang dilakukan dengan sengaja.

"Persoalan ini bukan lagi masalah kebebasan berfikir atau kebebasan berpendapat atau masalah keyakinan. Ini merupakan plot terhadap Islam dan umat Islam, persiapannya sebenarnya sudah dimulai bertahun-tahun yang lalu," kata mantan editor Samir Ragab pada harian Mesir Al-Gumhuria.

"Jika langkah bersama tidak diambil, kampanye semacam ini akan lebih jahat lagi," sambungnya.

Muhammad Kharub, seorang kolomnis di harian Al-Rai terbitan Yordania sependapat dengan Ragab. "Mereka menyebarkan kebencian dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi dan tutup mata dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan umat Kristen dan yang lebih bahaya lagi penganut Yudaisme," ujar Kharoub.

Komentator Hussein Shobokshi pada harian pan Arab, Asyarq Al-Awsat mengatakan, Barat tidak konsisten dalam hal kriteria moral. "Jika kartun itu kartun tentang Rabi Yahudi, koran Denmark tidak akan mempublikasikannya," kata Shoboksi.

Di sisi lain, para komentator yang beraliran liberal malah mempertanyakan kebijakan untuk melakukan tekanan dalam isu ini. "Gerakan menentang kartun yang melecehkan Nabi Muhammad Saw ini sudah melupakan isu-isu lainnya yang juga penting," kata Saad Hagras pada harian Nadhet Misr yang terbit di Mesir.

"Sangat disayangkan, energi umat Islam didunia digunakan hanya untuk menghukum negara kecil di Eropa karena persoalan kartun itu, sementara basis-basis militer AS dibangun di jantung negara-negara Arab," tambah Ramzy Barud pada mingguan Al-Ahram. (ln/aljz/iol)