Solidaritas Gaza, Pemilik Cafe Usir Dua Perempuan Israel

Seorang pemilik kafe di Invercargill, sebuah kota di Selandia Baru menolak melayani dua perempuan Israel yang datang ke kafenya.

Pemilik cafe, Mustafa Tekinkaya yang asal Turki mengusir dua perempuan Israel itu bahkan sebelum keduanya sempat memesan makanan.

"Dia (Mustafa) mendengar kami bicara dalam bahasa Ibrani, dia bertanya darimana asal kami. Saya bilang dari Israel dan dia langsung berkata ‘keluar, saya tidak mau melayani Anda’. Kami sangat terkejut," kata Natalie Bennie salah satu perempuan Israel itu pada Southland Times. Bennie datang ke kafe bersama rekannya bernama Tamara Sheva Mevlana.

Tekinkaya mengatakan, ia menolak kehadiran Bennie dan Mevlana sebagai bentuk protes atas agresi Israel ke Jalur Gaza. "Sebagai protes, saya memutuskan untuk tidak melayani orang-orang Israel sampai perang dihentikan," ujarnya. Sikap Tekinkaya diikuti oleh pemilik warung kebab di sebelah kafe Tekinkaya yang juga asal Turki.

Atas sikap pemilik kafe itu, Bennie yang sudah menjadi warga negara Selandia Baru dan sudah tinggal di negara itu selama tujuh tahun menyatakan bahwa ia juga tidak setuju dengan kejahatan yang dilakukan Israel terhadap anak-anak di Gaza. Tapi ia merasa tidak nyaman dengan sikap Tekinkaya.

Insiden ini sampai ke telinga walikota Invercargill, Tim Shadbolt. Ia mengaku kaget mendengar peristiwa itu. "Oh Tuhan, Jalur Gaza sudah sampai di Invercargill," ujarnya. Shadbolt mengatakan, setiap orang punya hak untuk melakukan protes. Pada saat yang sama ia juga menyatakan simpati atas apa yang dialami oleh dua perempuan Israel itu.

Duta Besar Israel untuk Selandia Baru yang berkedudukan di Australia, Yuval Rotem ikut berkomentar atas insiden ini. Ia meminta pemerintah Selandia Baru memastikan bahwa insiden semacam ini tidak terjadi lagi. "Sentimen anti-Israel dan anti-Yahudi harus dihentikan," ujarnya seperti dikutip Southland Times.

Dengan arogansi seorang Yahudi Israel, Rotem mengatakan,"Sekarang ini, Anda jangan membawa Timur Tengan ke Selandia Baru, tapi Anda harus membawa Selandia Baru ke Timur Tengah."

Sementara itu, Presiden Federation of Muslim Association of New Zealand (FIANZ) Javad Khan, menyatakan memahami sikap Tekinkaya. "Tapi tindakannya menunjukkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, kita selayaknya tidak melanggar hukum di negara ini," tukas Khan pada Otago Daily Times.

Pada saat yang sama, kedubes Israel di Canberra membantah tuduhan aktivis perdamaian John Minto, yang menuding bahwa sebuah unit di kemiliteran Israel telah merusak situs-situs yang isinya memprotes agresi Israel ke Gaza.

Minto mengatakan, situs Global Peace and Justice tidak bisa diakses selama beberapa hari, begitus juga situs-situs yang berisi protes atas kekejian Israel di Jalur Gaza. Termasuk situs Minto sendiri, www.johnminto.org.nz yang berisi artikel-artikel tentang Gaza.

Minto mengungkapkan, newsletter Peace Movement Aotearoa dan halaman facebook yang berisi dukungan pada Gaza, juga ada yang menghapus. "Ini kelihatannya dilakukan sebuah unit di kemiliteran Israel yang memonitor dan berusaha keras untuk menutup yang dianggap efektif untuk mengorganisir sikap anti-Israel," jelas Minto.

Namun pernyataan Minto itu oleh kedubes Israel di Austrlia dijawab "nonsense". (ln/3news.nz)