Sopir Bis di Selandia Baru Tolak Penumpang Muslimah Bercadar

Mahasiswi asal Arab Saudi di Selandia Baru hanya bisa menangis di pinggir jalan ketika sopir bis menolaknya naik ke bis karena muslimah itu mengenakan cadar. Ternyata, dua hari sebelumnya, sopir dari perusahaan bis yang sama, juga menyuruh seorang muslimah melepas cadarnya jika ingin naik bis itu.

Konsulat Jenderal Arab Saudi di Selandia Baru sudah menyampaikan nota protes pada pemerintah setempat. Sementara suami salah satu muslimah yang ditolak naik bis, Sameer Aljabri menyatakan akan menyampaikan pengaduan resmi ke Komisi Hak Asasi Manusia.

Dr. Aljabri mengungkapkan, sopir bis mengatakan pada istrinya, "Saya tidak mau kamu naik ke bis ini, tapi saya harus melayani Anda. Lepas dulu penutup wajah kamu (cadar) karena saya harus melihat wajah Anda." Insiden ini terjadi ketika istri Al-Jabri sedang berjalan-jalan di Auckland bersama putera mereka pada bulan Mei kemarin.

AlJabri yang bekerja di Misi Kebudayaan Arab Saudi di Auckland dan baru tujuh bulan tingga di Selandia Baru menambahkan, insiden itu mempengaruhi pandangannya tentang Selandia Baru. "Rasanya negara ini berada di paling ujung dunia, dan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan dunia lainnya," ujar AlJabri.

Sementara itu, surat protes yang dikirim Konsulat Jenderal Arab Saudi pada Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan Selandia Baru mengatakan bahwa "Mahasiswi bernama Gawheer Saud Al Thaubity dibiarkan menangis di pinggir jalan di Auckland. Ketika ia akan naik ke atas bis yang penuh sesak, sopir berteriak padanya ‘Keluar!’. Gawheer menanyakan mengapa ia disuruh keluar, dan sopir bis mengatakan, ‘Karena kamu menutupi wajahmu’. Sopir bis memaksa Gawheer turun, menutup pintu bis dan meninggalkannya di pinggir jalan."

Konsul Jenderal Arab Saudi juga menyampaikan bahwa insiden semacam ini bisa merusak upaya pemerintah Selandia baru menarik minat para mahasiswa muslim untuk belajar di Negeri Kiwi itu.

Juru Bicara Komisi Hak Asasi Manusia mengatakan, insiden ini menunjukkan adanya diskriminasi berlatar belakang agama di kalangan masyarakat Selandia Baru. Menurutnya, dalam beberapa kasus, menyuruh seorang muslimah membuka cadarnya, bisa diterima. Tapi, tidak dalam kasus ketika muslimah bersangkutan sedang bepergian dan akan naik bis.

Mencuatnya kasus ini, membuat perusahaan bis NZ Bus mengambil tindakan terhadap dua sopirnya yang menolak penumpang bercadar. "Kedua sopir itu mengatakan bahwa ini bukan soal agama, tapi mereka memang fobia terhadap orang yang memakai penutup muka. Kami tidak memecat mereka, tapi meminta mereka untuk ikut program konseling," kata Manajer Umum NZ Bus, John Calder.

Satu orang sopir yang sudah selesai mengikuti program konseling, datang ke masjid dan minta maaf pada istri Aljabri. Satu sopir lainnya, masih mengikuti program tersebut. Perusahaan bisa tempat mereka bekerja sudah memberikan surat peringatan dan akan melakukan pemantauan atas kerja mereka.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully yang dimintai tanggapannya atas kasus ini mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan Konsulat Jenderal Arab Saudi. "Saya tidak perlu intervensi. Saya yakin masyarakat Selandia baru adalah masyarakat yang toleran dan menghormati budaya bangsa lain. Ini cuma insiden kecil saja. Saya harap Selandia Baru menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk tinggal," ujar McCully. (kw/DP/IW)