Strategi Baru Anti-Teror Inggris Sudutkan Muslim

Muslim bereaksi keras atas strategi baru pemerintahan Inggris dalam mengantisipasi ancaman terorisme. Muslim Inggris menilai strategi baru itu tidak lebih sebagai bentuk lain kebijakan yang ingin mengkriminalkan seluruh Muslim Inggris akibat perbuatan segelintir orang.

Hal tersebut disampaikan Abdul Hamid Qureshi, pimpinan Dewan Masjid Lancashire pada surat kabar Guardian, edisi Rabu (25/3). Menurut Qureshi, pemerintah Inggris telah dipengaruhi oleh sekelompok orang yang ingin menyudutkan Muslim dalam membuat strategi baru anti-terorisme yang diumumkan hari Selasa kemarin oleh Menteri Dalam Negeri Inggris, Jacqui Smith.

Dengan strategi baru itu, Inggris menyatakan akan memberangus para "ekstrimis yang anti-demokrasi" di kalangan komunitas Muslim dan hanya akan memberikan dukungan pada para Muslim yang pro-demokratis. Sejumlah pimpinan masyarakat Muslim Inggris menilai strategi itu sebagai upaya untuk memperluas pengawasan terhadap warga Muslim. "Strategi baru itu anti-Muslim dan membahayakan kebebasan sipil," tukas Qureshi.

Pemuka Muslim lainnya mengkritik pemerintah Inggris yang lagi-lagi memainkan wacana dengan target para "ekstrimis", tapi pemerintah Inggris tidak memberikan acuan yang jelas bagaimana seseorang bisa begitu saja diidentifikasi sebagai ektrimis. "Bisa-bisa pemerintah menyebut kami ekstrimis hanya karena kami berjenggot," kata Ibrahim Hewitt dari lembaga amal Muslim Interpal, dengan nada sinis.

Mantan pejabat polisi senior di Inggris, Tarique Ghaffur menambahkan, pemerintah lagi-lago mengadopsi "kebijakan pemberantasan" yang terbukti tidak pernah berhasil diterapkan. Ghaffur sendiri adalah korban dari diskriminasi rasial yang terjadi di Kepolisian Metropolitan London. Ia dipecat dari jabatannya di kepolisian, setelah melaporkan adanya diskriminasi rasial di kepolisian itu.

Inggris mengumumkan strategi barunya dalam melawan terorisme dan ekstrimisme setelah mengancam akan memutuskan kerjasama dan hubungan dengan Muslim Council of Britain (MCB), organisasi Muslim terbesar yang menjadi wadah bagi sekitar dua juta Muslim di negeri itu. Inggris meminta MCB memecat salah satu deputinya, Doktor Daud Abdullah karena menandatanagi deklarasi Gaza dalam konferensi tentang Palestina di kota Istanbul.

Penasehat Dewan Kota Birmingham, Salma Yaqoob juga mengkritik strategi baru anti-terorisme yang bisa membuat orang yang tidak melakukan kekerasan apapun juga disebut sebagai ekstrimis. Ia juga menyayangkan ancaman pemerintah Inggris yang akan mengisolasi MCB.

"Mengisolasi MCB sama dengan mengisolasi komunitas Muslim," ujar Qureshi. (ln/iol)