Suriah: Kemenangan Hizbullah, Kegagalan Rencana AS di Timur Tengah

Presiden Suriah, Bashar al-Assad mengigatkan AS untuk tidak lagi campur tangan terlalu jauh di Timur Tengah. Kemenangan Hizbullah atas Israel, menurut Assad, telah menghancurkan rencana AS untuk menciptakan Timur Tengah yang sesuai dengan keinganan AS.

Dalam pidatonya saat membuka Konferensi ke-4 Persatuan Wartawan di Damaskus, Selasa (15/8), Assad mengatakan perdamaian di Timur Tengah masih sulit tercapai di masa depan dan biang keladinya adalah AS.

"Timur Tengah Baru versi mereka, berdasarkan pada pendudukan dan penghinaan serta menolak identitas serta hak-hak bangsa lain, kini cuma angan-angan," kata Assad merujuk pada ambisi AS yang ingin mengubah wajah Timur Tengah dengan apa yang mereka sebut sebagai Timur Tengah yang demokratis.

"Terbukti, setelah enam tahun pemerintahan AS, tidak ada perdamaian dan sepertinya tidak akan ada perdamaian di masa depan," sambungnya.

Pada kesempatan itu, Assad untuk pertama kalinya selama perang Israel-Hizbullah, memuji Hizbullah dan mengingatkan Israel untuk selanjutnya, berpikir dua kali sebelum menerapkan ‘kebijakan terornya’ di Timur Tengah.

Pujian terhadap Hizbullah juga disampaikan oleh Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad. Ia mengatakan, kemenangan Hizbullah adalah kemenangan bagi dunia Islam dan bukti kekalahan Barat di Timur Tengah.

"Janji Tuhan menjadi kenyataan. Satu sisi adalah kekuatan-kekuatan yang korup, para penjahat, AS, Inggris dan Zionis…. dengan bom-bom dan pesawat-pesawat modernnya. Sisi yang lain adalah, sebuah kelompok pemuda yang salih dan bergantung hanya pada Tuhan," kata Ahmadinejad dari Arbadil, barat laut Iran.

Penyataan Suriah yang tajam soal Israel dan AS, oleh Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier dinilai sebagai pernyataan yang memberikan ‘kontribusi negatif’. Akibat pernyataan Assad, Steinmeier bahkan sampai membatalkan rencana kunjungannya ke Suriah.

Sementara itu, Menlu Israel, Tzipi Livni di Yerusalem mengingatkan Suriah untuk tidak campur tangan dalam persoalan Libanon atau mencoba memanfaatkan Hizbullah untuk mempengaruhi pemerintah Libanon. (ln/aljz/arabworldnews)