Sutradara India: Quran, Cocok untuk Masyarakat Modern Amerika

Sutradara film asal India, Faruq Masudi membuat film dokumenter tentang al-Quran dan hubungannya nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat Amerika. Film berjudul "Quran Contemporary Connections" ini mengungkap bahwa al-Quran adalah kitab suci untuk seluruh umat manusia. Meski diturunkan 1400 tahun yang lalu, ajaran al-Quran tetap relevan dengan kehidupan modern sekarang ini dan membuktikan bahwa tudingan masyarakat Barat bahwa al-Quran sudah ketinggalan jaman adalah tudingan yang tidak benar.

Masudi membuat filmnya berdasarkan riset yang dilakukan sekelompok profesor di Amerika yang secara khusus diminta untuk menggali apa sebenarnya yang ada dalam pikiran umat Islam, sekaligus meneliti apakah benar al-Quran sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman.

"Film ini menjelaskan berbagai tema-tema besar dalam al-Quran, termasuk masalah-masalah yang kontroversial seperti jihad, perempuan, sex, poligami, perdamaian dan masalah kekerasan serta menjelaskan bagaimana ajaran al-Quran tentang konsep-konsep dalam dunia modern seperti demokrasi dan keberagaman," jelas Masudi.

Ia mengatakan, banyak sekali persamaan antara nilai Islam dengan Barat, karena al-Quran diturunkan untuk semua umat manusia. Umat Islam tidak memonopoli Islam, Allah dan al-Quran.

"Saya membuat film ini untuk sebuah alasan yang jelas, bahwa komunitas non-Muslim telah salah menilai kami sebagai Muslim dan inilah saatnya seorang Muslim yang profesional untuk meluruskannya," kata Masudi yang terinspirasi membuat film al-Quran setelah peristiwa serangan 11 September 2001.

Masudi menyatakan, nilai-nilai yang berlaku di kalangan Muslim dan komunitas Barat pada dasarnya sama. Cuma gaya hidup saja yang membedakan antara Muslim dan masyarakat Barat. Menurutnya, media dan umat Islam sama-sama bertanggung jawab atas munculnya pandangan-pandangan negatif tentang Islam.

"Saya tidak berharap seorang pekerja media membaca al-Quran sebelum ia menulis sebuah artikel. Saya pikir, dalam hal ini umat Islam sudah gagal untuk mengemban tanggung jawab untuk melakukan komunikasi dengan media dengan cara yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat pula," tukas Masudi.

Dengan hadirnya film "Quran Contemporary Connections", media massa, pejabat pemerintah dan para penentu kebijakan diharapkan bisa mendapatkan "penjelasan yang baru, segar dan tidak berlebihan tentang al-Quran". Sehingga mampu mengubah persepsi negatif mereka tentang Islam dan umat Islam.

Tapi film Masudi nampaknya akan menghadapi kendala pemasaran. Menurut Masudi, meski sejumlah kalangan menyambut positif film al-Quran yang dibuatnya, beberapa distributor film tidak terlalu berminat untuk memasarkan film tersebut. Mereka menilai film Masudi tidak obyektif.

"Para distributor menginginkan film seperti film ‘Fitna’, tapi dibuat oleh Muslim. Saya menolak melakukan itu," tukas Masudi "Fitna" adalah film anti-Islam yang melecehkan al-Quran buatan Geert Wilders, anggota parlemen sayap kiri di Belanda.

Untuk itu, Masudi rencananya juga akan menyebarkan film tersebut melalui dunia maya atau internet. (ln/aby)