Taliban Di Tengah-Tengah Rakyat

Selama ini hampir di semua media, Taliban selalu mendapat pemberitaan yang memberatkan mereka. Bahwa kelompok ini hanya memaksakan kehendaknya yang tak jelas kepada masyarakat Afghanistan. Dan semua itu, AS dan Barat mencap Taliban mengatasnamakan Islam. Memang, media internasional cenderung mengambil sorotan salah satu bagian saja terhadap Afghanistan, itupun dilebih-lebihkan.

Ketika Taliban berhasil diusir AS pada periode pertama, rakyat Afghan diberitakan hidup seperti baru mengecap kebebasan. Ketika itu, bioskop dibuka di Afghan dan rakyat kembali diperbolehkan menonton pertandingan sepak bola di stadion. Para wanita bekerliaran di jalanan tanpa ditemani oleh mahramnya. Semuanya itu hasil ekrja AS. Hasilnya? Kehidupan masyarakat Afghan menukik jauh. Banyak ditemui opium dan majalahs erta film porno dijajakan di pinggir jalan, sesuatu yang tak pernah ada waktu Taliban menguasai Afghanistan.

Kini, seiring AS terus menambah pasukan tentaranya ke Afghanistan, dan membuat rakyat Afghan semakin tak terlindung, Taliban pun kembali ke tengah-tengah mereka. Setelah merasakan langsung perbedaan antara hidup di bawah kungkungan AS dan lindungan Taliban, kali ini rakyat Afghansitan lebih nyata memilih Taliban. Setidak enak dan setidak-nyaman apapun sebuah kondisi, bersama dengan orang-orang atau kelompok satu Muslim masih lebih baik, dibandingkan dengan hidup di tengah lindungan AS yang jelas-jelas tidak sepaham aqidah dan hanya mengeruk keuntungan semata dari bumi kaya minyak Adghanistan. Sebenarnya bagaimana Taliban bersama rakyat?

Tentara AS dan  NATO selalu saja kesulitan untuk membujuk rakyat menyebutkan keberadaan pejuang Taliban. Rakyat menghindari  berbicara dengan tentara AS. Di kota besar seperti Kabul, misalnya, tentara AS dan NATO adalah musuh semua orang.

Untuk menyambung hidup, Taliban jauh berbeda sekarang dengan dulu. Mereka membuka lahan, untuk tempat tinggal dan berkebun. Mereka bekerja bersama rakyat.

Kemana-mana di dalam kota, pejuang Taliban sekarang menggunakan sepeda motor. Sama seperti masyarakat yang hidup di sekitar mereka.

Setelah kejadian 9/11 dan AS memerangi Taliban, anak-anak yang menghafal Quran begitu langka. Sekarang, ketika Taliban kembali, anak-anak bisa mengikuti pelajaran Al Quran sekitar 3 jam sepulang sekolah setiap hari. Dalam waktu 3 sampai 5 bulan, mereka sudah bisa menghafalnya.

Seorang laki-laki berdiri di pinggir jalan mengumpulkan donasi untuk mendirikan madrasah dan masjid yang banyak porak-poranda. 

(sa/nyt)