Taliban Pakistan hari minggu kemarin (26/6) mengatakan kelompok mereka telah mengirimkan regu bunuh diri sepasang suami istri untuk melakukan serangan terhadap sebuah kantor polisi di barat laut Pakistan yang menewaskan 10 orang, yang tindakan ini merupakan contoh langka dari militan menggunakan wanita sebagai bomber.
Pasangan suami istri itu memasuki kantor polisi di Kolachi pada hari Sabtu lalu dan mengatakan mereka ada di sana untuk mengajukan pengaduan, kata Imtiaz Shah, seorang pejabat polisi senior. Setelah masuk, keduanya menyerang dengan granat dan senapan mesin, memicu bentrokan bersenjata lima jam dengan polisi.
Kedua penyerang, termasuk wanita yang mengenakan jubah berikut burqa, akhirnya meledakkan diri. Mereka berhasil membunuh delapan polisi dan dua warga sipil, kata Muhammad Hussain, seorang pejabat polisi.
"Ini menunjukkan betapa kami membenci institusi keamanan Pakistan," kata juru bicara Taliban Pakistan Ahsan Ahsanullah kepada Associated Press melalui telepon dari sebuah lokasi yang dirahasiakan.
Ahsan mengklaim itu adalah pertama kalinya kelompok militan telah menggunakan pembom bunuh diri perempuan.
Namun, pejabat Pakistan mengatakan seorang pembom bunuh diri perempuan yang mengenakan burqa pernah menyerang pusat distribusi makanan Program Pangan Dunia di barat laut Pakistan akhir tahun lalu, menewaskan 45 orang.
Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan di Khar, kota utama di daerah suku Bajur tersebut, tetapi tidak pernah mengklaim itu dilakukan oleh pembom wanita.
Pembom bunuh diri laki-laki seringkali menggunakan burqa sebagai kedok. Pada tahun 2007, pejabat Pakistan awalnya mengklaim pelaku bom bunuh diri perempuan pertama Pakistan telah menewaskan 14 orang di kota barat laut dari Bannu. Tetapi penyerang itu kemudian diidentifikasi sebagai seorang pria(fq/ap)