Tentara Israel Khawatirkan Aksi Balasan Bom Bunuh Diri

Sebagian tentara Israel menganggap pernyataan pemerintahnya bahwa mereka sudah memenangkan perang melawan "teroris" di Jalur Gaza, hanya sebuah ilusi. Sebagian dari mereka kini mengkhawatirkan aksi pembalasan yang akan dilakukan rakyat Palestian setelah agresi kejam militer mereka ke Gaza.

Yitzchak Ben Mocha, seorang tentara Israel pada surat kabar Guardian edisi Sabtu (17/1) mengatakan bahwa perang yang digelar militer Israel bukan perang untuk mempertahankan diri. Mocha adalah satu dari ratusan tentara Israel yang menolak perintah angkatan bersenjata Israel untuk ikut serta dalam agresi ke Gaza.

"Kami sedang menciptakan ribuan pelaku bunuh diri di masa depan, mereka adalah kerabat dari para korban. Dalam jangka panjang … kami sedang menciptakan lebih banyak lagi teror," ujar Mocha, 25 tahun.

"Anda tidak bisa memisahkan perang di Gaza dari fakta bahwa bangsa Palestina sedang berada dibawah penjajahan lebih dari 40 tahun. Saya tidak membenarkan tembakan roket Hamas, tapi kitalah, orang-orang Israel yang pertama kali harus melihat apa yang sedang kita lakukan," papar Mocha.

Menurutnya, Israel telah menindas aspirasi rakyat Palestina yang menginginkan kemerdekaan dan mengabaikan protes para petani Palestina yang tanahnya dirampas oleh orang-orang Israel. Mocha juga mengatakan bahwa tentara-tentara Israel telah memperlakukan warga sipil di Gaza dengan sewenang-wenang dan mengakui bahwa tentara Israel memanfaatkan warga Palestina sebagai tameng hidup.

"Saya mengakui perlunya Israel memiliki pertahanan yang kuat, tapi saya tidak mau lagi terlibat dalam penjajahan yang sudah berlangsung selama 40 tahun," ujar Mocha.

"Saya bilang pada militer Israel, saya selalu siap untuk membela Israel. Tapi menyerang Gaza dan melakukan penjajahan, itu bukan membela Israel," sambungnya.

Tentara Israel yang menolak ikut serta dalam agresi di Jalur Gaza membentuk sebuah organisasi Courage to Refuse. Organisasi ini dalam iklannya di sebuah surat kabar mengatakan, pemerintah Israel sudah memberikan harapan palsu karena melakukan kekerasan justeru akan lebih membahayakan keamanan Israel.

"Kami tidak bisa berpihak, sementara ratusan warga sipil Palestina dibantai oleh angkatan bersenjata Israel," demikian pernyataan Courage to Refuse. (ln/iol)