Tim Investigasi Temukan Empat Tersangka Baru Pembunuhan Mabhuh

Tim investigasi kasus di Dubai, Uni Emirat Arab mengungkap adanya empat tersangka baru dalam kasus pembunuhan komandan senior Hamas, Mahmoud Al-Mabhouh. Keempat tersangka itu juga menggunakan paspor palsu, negara Inggris dan Irlandia.

Sumber yang dekat dengan tim investigasi di Dubai mengungkapkan, dua tersangka baru diketahui menggunakan paspor negara Irlandia dan dua tersangka lainnya menggunakan paspor Inggris. Dengan demikian, jumlah tersangka pelaku pembunuhan menjadi 15 orang.

Identitas 11 tersangka sudah dirilis lebih dulu oleh otoritas Dubai pekan kemarin. Mereka menggunakan paspor palsu negara Inggris, Irlandia, Prancis dan Jerman. Disebutkan pula bahwa dua warga Palestina yang dicurigai memberikan bantuan logistik pada tim pembunuh itu, kini sudah ditahan aparat berwenang di Dubai.

"Penyedilikan masih terus dilakukan, otoritas Dubai sudah meneruskan informasi tentang tersangka baru ini ke pemerintah Inggris," kata sumber di Dubai yang tidak mau disebut namanya dengan alasan keamanan.

Mahmoud Al-Mabhouh adalah komandan senior Hamas kelahiran Jalur Gaza yang sejak tahun 1989 menetap di Suriah. Ia ditemukan meninggal dunia di hotel tempatnya menginap di Dubai pada 19 Januari 2010, hanya satu hari setelah ia tiba di Dubai.

Otoritas Dubai menyatakan 99 persen yakin bahwa intelejen Israel, Mossad berada dibalik pembunuhan Al-Mabhouh, meski Israel selalu membantah tudingan itu. Yang jelas, terungkapnya para tersangka pelaku pembunuhan membuat sejumlah negara Uni Eropa berang, karena para tersangka menggunakan paspor negara mereka yang diduga dipalsukan.

Sekretaris Jenderal Gulf Cooperation Council-GCC, Abdul Rahman Al-Attiya dalam pernyataannya mendesak negara-negara Uni Eropa untuk bekerjasama dengan tim penyelidik di Dubai untuk mengungkap kasus pembunuhan ini, membawa para pelakunya ke pengadilan dan mencegah agar aksi teroris ini tidak terulang lagi.

Sementara itu, warga Palestian di Suriah banyak yang berziarah ke makam Al-Mabhouh di kamp pengungsi Yarmuk, dekat kota Damaskus. (ln/arabnews/pic-Reuters)