Mantan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dan istrinya dituduh bersekongkol melawan keamanan internal negara.
Kementerian Kehakiman Tunisia mengatakan pada hari Rabu kemarin (4/5) bahwa tuduhan terhadap Ben Ali dan istrinya Leila Trabelsi juga termasuk menghasut kekacauan, pembunuhan dan penjarahan, Reuters melaporkan.
Tuduhan terbaru terhadap pasangan yang melarikan diri dari Tunisia ini berasal dari sebuah peristiwa di kota pusat Ouardanine pada pertengahan Januari lalu ketika pasukan keamanan menembaki demonstran yang berusaha menghentikan keponakan Ben Ali, Kais Ben Ali, melarikan diri dari kota, yang insiden tersebut menewaskan empat orang.
Pihak berwenang Tunisia sebelumnya telah menyiapkan 18 kasus hukum terhadap presiden Tunisia yang digulingkan. Kasus-kasus hukum itu termasuk pembunuhan demonstran dan perdagangan narkoba.
Ben Ali dan keluarganya melarikan diri ke Arab Saudi pada tanggal 15 Januari ketika aksi protes atas masalah ekonomi yang meningkat menjadi demonstrasi melawan dia dan akhirnya mengakhiri 23 tahun rezim otoriternya.
Revolusi Tunisia telah mengilhami gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Afrika Utara dan Timur Tengah menentang kediktatoran negara yang didukung.
Pemerintah interim Tunisia, sejak revolusi, mencoba untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat dengan mengajukan tuduhan terhadap Ben Ali dan keluarganya. Namun, masyarakat melihat pemerintah transisi dengan ketidakpercayaan dan telah melakukan aksi protes kembali, menyerukan dibersihkannya pemerintah dari unsur-unsur rezim Ben Ali.(fq/prtv)