Tzipi Livni, Akankah Menjadi Golda Meir Kedua di Israel?

Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni terpilih sebagai ketua Partai Kadima yang baru, dalam pemilihan yang berlangsung Rabu (17/9). Ia mengalahkan pesaing beratnya Shaul Mofaz, menteri transportasi yang pernah menjadi kepala angkatan bersenjata Israel. Dengan kemenangannya, memuluskan jalan Livni untuk menjadi perdana menteri Israel. Akankah ia menjadi Golda Meir kedua?

Meski pemilihan hanya diikuti setengah dari 74 ribu anggota Partai Kadima, Livni berhasil meraih 47-49 persen dukungan dibandingkan dengan tiga kandidat lainnya, Shaul Mofaz, Meir Sheetrit dan Avi Dichter. Livni membuktikan dirinya sebagai perempuan Israel yang memiliki posisi dan pengaruh kuat, setelah mantan perdana menteri Israel Golda Meir.

Nama Livni muncul sebagai kandidat kuat Partai Kadima, setelah Ehud Olmert menyatakan mundur sebagai ketua Partai setelah dirinya terlibat dalam skandal suap dan harus menjalani proses pengadilan.

Kandidat yang meraih suara lebih 40 persen, dipastikan akan menjadi ketua partai. Partai Kadima rencananya akan segera mengumumkan nama ketua barunya hari ini dan jika Livni disahkan sebagai ketua partai yang baru, ia akan diberi waktu selama 42 hari untuk membentuk susunan pemerintahan baru untuk menyiapkan pemilihan umum di Israel dalam waktu 3 bulan kemudian.

Siapa Livni?

Publik Israel mengenal Livni-ibu dua anak yang lahir di Tel Aviv pada tanggal 8 Juli 1958- sebagai tokoh yang bersih dan berperan aktif dalam berbagai negosiasi perdamaian Israel-Palestina, meski negosiasi itu tidak banyak membawa kemajuan. Livni termasuk tokoh yang menyetujui penarikan mundur Israel dari wilayah pendudukan Tepi Barat, demi terwujudnya solusi dua negara Israel dan Palestina.

"Saya mau bernegosiasi sepanjang Palestina juga menginginkan hal yang sama. Tapi kesepakatan-kesepakatan dengan Palestina harus memberikan jaminan keamanan bagi Israel, " kata Livni belum lama ini.

Livni berasal dari kelurga Irgun, kelompok Yahudi garis keras pimpinan Menachem Begin yang melakukan pengusiran terhadap warga Palestina menjelang terbentuknya negara ilegal Israel pada tahun 1948. Ayah Livni adalah Yahudi kelahiran Polandia, yang pernah menjabat sebagai direktur operasi Irgun. Sedangkan ibu Livni, bernama Sarah juga seorang Irgun yang militan. Keduanya menikah setelah terbentuk negara ilegal Israel tahun 1948.

Livni kuliah di jurusan hukum Universitas Bar-Ilan. Setelah mendapat gelar sarjananya, ia bekerja di sebuah firma hukum selama hampir 10 tahun dengan spesialisasi hukum perdagangan, konstitusi dan real-estate sebelum akhirnya aktif di politik.

Karir politik Livni melesat, ia menjadi anggota parlemen pada tahun 1999, kemudian ditunjuk sebagai menteri, antara lain menjadi menteri urusan regional sampai akhirnya ia ditunjuk sebagai menteri luar negeri dan menjadi tokoh perempuan Israel yang paling populer. Majalah Forbes menempatkan Livni di peringkat ke-52 perempuan "paling berkuasa" di seluruh dunia.

Tahun 2005, bersama mantan perdana menteri Ariel Sharon, ia keluar dari Likud dan mendirikan partai Kadima. Awal tahun kemarin, Livni mengakui pemberitaan media massa bahwa dirinya pernah selama empat tahun bekerja sebagai agen Mossad.

Eksistensi Livni diidentikan dengan eksistensi Golda Meir, mantan perdana menteri Israel yang berkuasa dari tahun 1969-1974. Namun Livni menolak disamakan dengan Meir. "Saya bukan Golda Meir kedua, tapi saya adalah Tzipi Livni yang pertama dan saya akan menjadi pemimpin Israel selanjutnya, " tukas Livni.

Terpilihnya Livni sebagai ketua Partai Kadima, bersamaan dengan makin meningkatnya popularitas Partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu. Melihat dukungan publik Israel yang kembali melirik partai Likud, Livni nampaknya harus berjuang keras dalam pemilu umum nanti dengan Netanyahu dari Likud, untuk memperebutkan kursi perdana menteri Israel. (ln/berbagai sumber)