Ulama Azhar: Hamas-Fatah, Wajib Bersatu

Demi mengusir pendudukan Israel, Hamas dan Fatah wajib bersatu. Demikian bunyi fatwa yang dikeluarkan oleh ulama Al-Azhar di Mesir. Mereka memandang penyatuan kedua organisasi itu, adalah wajib secara syariat mengingat kedua organisasi tersebut selama ini sangat serius mengusir penjajah Israel dari Palestina.

Seruan ini dikeluarkan beberapa jam setelah terjadinya saling tuding antara Hamas dan Fatah, terkait musim kampanye pemilu legislatif yang akan dilangsungkan pada 25 Januari mendatang. Batalyon Syuhada Al-Aqsha yang merupakan sayap bersenjata Fatah mengancam akan menghentikan perjalanan pemilu dengan membunuh para pemilih yang akan berangkat menuju kotak pemilihan. Sementara Hamas memandang, pemilu tidak boleh diundur dan warga harus bebas menyampaikan pendapat mereka.

Dr. Ismail Diftar, salah satu anggota Dewan kajian Islam di Al-Azhar mengatakan, “Penyatuan kaum muslimin adalah kewajiban yang sangat penting. Dan meskipun persatuan itu secara umum penting, tapi tingkat kepentingannya lebih kuat ketika menghadapi situasi yang sulit.” Menurutnya apa yang kini dialami oleh Muslim Palestina, adalah situasi tersulit dan ujian paling berat yang dilalui umat Islam. Maka masalah yang wajib dilakukan, terutama Muslim Palestina, adalah saling menolong dan membantu.

Ia juga menjelaskan bahwa posisi umat Islam Palestina dalam hal ini adalah menjadi ujung tombak karena merekalah yang berhadapan langsung dengan penjajah Israel. Karenanya, kesatuan dan persatuan barisan mereka mempunyai tujuan yang sangat berharga, di samping menjadi kewajiban yang sangat besar. “Sesungguhnya bersatunya kelompok pejuang Palestina, khususnya Hamas dan Fatah, akan menjadi senjata yang kuat bagi kelompok pejuang, mengisi celah penyerangan musuh dan menjadi penghalang bagi musuh Zionis yang merampas Palestina,” ujarnya.

Seruan yang sama juga disampaikan oleh DR. Muhammad Rafat, yang juga salah satu anggota Majlis Kajian Islam di Azhar Mesir. Menurutnya, mati atau tidaknya PM Israel Ariel Sharon terkait kesehatannya yang semakin memburuk, kelompok pejuang Palestina harus saling mendukung dan bekerjasama untuk memperkuat serangan mengusir Israel.

“Persatuan antara seluruh kelompok pejuang Palestina adalah wajib untuk memerangi Israel. Jika ada perbedaan di antara kelompok pejuang, secara syariat tidak boleh sampai dalam bentuk saling serang,” urainya.

Lajnah AL Quds dan Minoritas Muslim yang merupakan salah satu bidang Lembaga Kajian Islam Azhar telah menggelar pertemuan tentang Kondisi Kontemporer Palestina sejak hari Senin (16/1). Pada pertemuan sebelumnya, lajnah mendesak AS untuk tidak campur tangan terhadap politik Palestina dengan melarang Hamas terlibat dalam pemilu. Mereka mendesakan hal itu, dengan harapan agar pemilu berjalan bersih dan bebas serta mencerminkan keinginan seluruh rakyat Palestina. (na-str/iol)