Vatikan Dukung Pelajaran Agama Islam Bagi Siswa Muslim di Sekolah Umum

Kepala Departemen Keadilan dan Perdamaian Vatikan, Kardinal Renato Martino menyatakan mendukung pemberian pelajaran agama Islam bagi siswa-siswi Muslim di sekolah-sekolah umum. Namun atas dukungannya itu, ia juga minta negara-negara Islam mengizinkan pelajaran agama Kristen bagi siswa-siswi non Muslim di sekolah-sekolah.

"Kalau dalam satu sekolah ada 100 anak yang beragama Islam, saya tidak melihat alasan mereka tidak boleh diajarkan tentang agama mereka," kata Kardinal Martino.

Organisasi Muslim Italia belum lama ini, memang meminta pada Kementerian Pendidikan Italia agar pelajaran agama Islam boleh diberikan bagi siswa-siswi Muslim di sekolah-sekolah, paling sedikit satu jam setiap minggunya. Karena hal serupa dilakukan pada siswa-siswi beragama Katolik yang tidak ikut sekolah minggu.

Warga Muslim di Italia, diperkirakan berjumlah 1,5 juta orang dari 58 juta jumlah penduduk negeri itu. Tidak diketahui berapa kira-kira jumlah siswa-siswi Muslim di sekolah-sekolah umum di Italia.

Kantor berita Reuters menyebutkan, Vatikan melihat isu-isu seperti pendidikan agama sebagai hal yang memiliki pengaruh besar dalam keputusan politik di Italia.

Kelompok Katolik konservatif adalah kelompok yang menolak diberikannya pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum di Italia. Seorang penulis Katolik terkenal, Vittorio Messoru pada harian nasional setempat menilai usulan kalangan warga Muslim itu sebagai hal yang ‘absurd’. Mereka bahkan menyebut usulan itu sebagai ‘koreksi kebijakan politik yang membingungkan dan membahayakan.’

Di Italia, bisa dibilang hampir tidak pernah terjadi ketegangan antara Muslim dan non Muslim, meski ada seruan dari sejumlah warga Muslim dan kelompok lainnya agar menyingkirkan salib-salib dari sekolah-sekolah umum, rumah sakit dan ruang-ruang pengadilan. Kebijakan pemasangan salib di sekolah-sekolah merupakan warisan dari masa pemerintahan diktator Benito Musolini yang fasis pada era 1920an.

Italia tidak memberlakukan agama Katolik sebagai agama resmi negara pada 1984, namun pemasangan salib di tempat-tempat publik secara teknis masih diharuskan.

Warga Muslim di Italia, kebanyakan berasal dari Afrika Utara, umumnya hidup dalam kesederhananaan dan tidak terlalu menonjol. Namun keberadaan mereka sangat penting karena kedekatannya dengan Vatikan, yang menjadi pusat agama Katolik di dunia.

Meski hampir tidak ada aksi protes terhadap kartun Nabi Muhammad Saw kemarin, Paus Benedict menyatakan ikut mengecam publikasi kartun tersebut dan akhir bulan lalu mengutus uskup Michael Fitzgerald, salah seorang staf ahlinya di bidang urusan agama Islam, sebagai utusan khusus Paus ke Mesir.

Kasus yang paling menonjol terkait dengan warga Muslim di negeri itu adalah ketika mantan menteri reformasi Roberto Calderoli dari partai Northern League yang anti imigran, tampil di televisi dengan mengenakan T-Shirt dengan gambar kartun Nabi Muhammad Saw.

Tindakan Calderoli itu memicu aksi protes, khususnya di Benghazi, Libya, di mana para pengunjuk rasa berusaha menyerang konsulat Italia. Aksi itu berakhir ricuh yang menyebabkan 8 orang tewas. Setelah peristiwa itu, Calderoli diminta mengundurkan diri

Tidak seperti Yudaisme, Budha dan Protestan, agama Islam belum diakui sebagai agama resmi di Italia. Dari sekitar 1,5 juta warga Muslim di negeri itu, hanya 50.000 orang yang diberi hak untuk memilih dan tidak ada satupun politisi di Italia yang beragama Islam. (ln/iol/aljz)