Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan telah menutup wilayah udara Turki bagi pesawat terbang Israel menyusul serangan brutal Israel ke kapal rombongan "Armada Pembebasan" akhir Mei kemarin.
Kantor berita Anatolia menyebutkan, pernyataan itu disampaikan Erdogan pada pada para wartawan dalam pertemuan tingkat tinggi G20 di Kanada. Sebelumnya, surat kabar Israel Yediot Ahronoth melaporkan edisi hari Minggu (27/6) melaporkan bahwa Turki tidak mengizinkan sebuah pesawat terbang yang membawa para pejabat militer Israel melintas di wilayah udara Turki. Para pejabat militer Israel itu sedang dalam perjalanan menuju Auschwitz–tempat yang diklaim sebagai lokasi pembantaian orang-orang Yahudi oleh Nazi dengan menggunakan gas beracun–Polandia.
Karena tidak ingin memperuncing pertikaian yang kian tajam antara Israel-Turki yang sedang terjadi saat ini, pesawat yang membawa sekitar 100 pejabat militer Israel itu akhirnya membatalkan perjalanannya. Pihak Turki tidak mau memberi komentar atas insiden tersebut.
Turki menarik duta besarnya di Tel Aviv dan membatalkan semua kerjasama militernya dengan Israel setelah serangan brutal pasukan komando Israel ke Kapal Mavi Marmara, satu dari enam kapal rombongan "Armada Pembebasan" yang sedang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Sembilan orang aktivis kemanusiaan Turki tewas dalam tragedi tersebut.
Turki mengancam tidak akan menempatkan kembali duta besarnya dan akan membatasi hubungan militer dan dagangnya dengan Israel, jika Israel tidak mau minta maaf atas serangan itu. Turki juga menuntut Israel agar mengembalikan semua kapal yang disita, menyetujui penyelidikan oleh tim internasional dan memberikan kompensasi pada para korban.
"Sampai sekarang, kami sudah melakukan semua tindakan yang dianggap perlu dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku–baik hukum nasional maupun internasional–dan kami akan terus melakukan upaya itu," kata Erdogan.
"Kami tidak berkepentingan untuk bersandiwara. Kami tidak mau melakukan hal semacam itu dan kami sudah sangat sabar dalam menghadapi perkembangan yang terjadi saat ini," sambung Erdogan mengomentari sikap Israel yang ternyata menolak penyelidikan internasional dan membentuk tim investigasi sendiri beranggotakan dua pemantau dari luar Israel.
Meski perdana menteri Turki menyatakan menutup wilayah udaranya untuk pesawat-pesawat terbang Israel, Menteri Transportasi Israel mengaku bahwa Otoritas Penerbangan Sipil Israel belum menerima pemberitahuan resmi tentang larangan itu dari pemerintah Turki dan mengatakan bahwa pesawat-pesawat komersial Israel masih bisa melewati wilayah udara Turki. (ln/Ynet)