Yahudi Menunggu Dajjal, Penguasa Lautan dan Daratan

Eramuslim.com — Dajjal, digambarkan dalam hadis-hadis Nabi sebagai seorang pendusta yang sebelah matanya buta, tertulis di keningnya huruf kaf fa’ dan ra’ ((ك ف ر. Kemunculannya pertanda kiamat sudah sangat dekat.

Dia menjadi fitnah terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Sampai-sampai, setiap Nabi yang diutus, mengingatkan umatnya tentang fitnah Dajjal.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا بُعِثَ نَبِيٌّ إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ

“Tidaklah diutus seorang nabi, melainkan dia mengingatkan kaumnya tentang si buta sebelah, sang pendusta. Ketahuilah Dajjal itu buta sebelah dan Tuhan kalian tidak buta sebelah. Diantara dua matanya tertulis: Kafir” (HR. Bukhari 7131).

Suatu yang menarik, ternyata Dajjal adalah sosok raja yang ditunggu-tunggu oleh sekelompok aliran agama. Siapakan mereka? Yahudi!

Iya, orang-orang Yahudi meyakini Dajjal sebagai raja yang akan menguasai lautan dan daratan. Mereka juga meyakininya sebagai salah satu tanda daripada tanda-tanda kebesaran Allah.

Orang-orang Yahudi menamainya dengan nama Al-Masih bin Dawud.

Sebelum berdirinya Israel, cukup sulit membayangkan bagaimana skenario perang akhir zaman akan berlangsung antara umat Islam dengan Yahudi.

Betapa tidak, selama dua ribu tahun, orang Yahudi tersebar di banyak tempat. Mereka menjadi kaum yang tak punya ‘rumah’, dan menumpang dari belas kasihan umat lain, terutama umat Islam dan Kristiani.

Dari sisi politik, agama Yahudi pun tak disokong kekuatan besar, seperti halnya Islam dan Kristen. Pendek kata, kaum ini tidaklah diperhitungkan. Tapi, di penghujung 1800-an, sejarah berjalan cepat.

Sebuah gerakan bernama Zionisme, muncul ke permukaan sejarah, dan merancang pendirian sebuah rumah bagi kaum Yahudi.

Tapi, bukan ke sebuah lahan kosong, melainkan ke Darussalam atau Yerusalem, tanah damai tiga agama, yang saat itu masih berada di bawah Khilafah Ustmaniyah.