Zuckerberg, Facebook, dan Yahudi

Tak ada yang kebetulan dalam dunia dan kamus Yahudi. Ketika Barack Obama, presiden AS mengunjungi dunia Islam (setidaknya itulah angapan yang disematkan sekarang ini) pada awal Juni 2009 kemarin, pemilihan tiga tempat pidato Obama yang menyihir umat Islam secara umum yaitu Arab Saudi, Turki, dan Mesir bukannya tanpa alasan sama sekali.

Arab Saudi adalah lambang Islam saat ini yang paling kuat, karena di negara ini setiap tahun, umat Islam bergerak ke arah sana untuk melaksanakan ibadah haji. Di Riyadh, masih belum boleh ada gereja, dan orang kafir setidaknya masih tidak bebas berkeliaran di Mekkah. Turki, kita tahu, di sinilah pertama kali khilafah Islam tumbang pada 1924, dan Mesir adalah jalan darimana Palestina ditaklukan.

Begitu juga Facebook. Situs jejaring sosial yang kepopulerannya luar biasa ini bukan sesuatu yang lahir begitu saja, atau murni karena pertimbangan bisnis semata.

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, seorang Yahudi yang lahir di New York pada 14 Mei 1984. Tahun 1984 adalah tahun dimana George Orwell menulis dalam bukunya, sebagai deklarasi tahun peperangan untuk menguasai dunia. Nama lain dari New York adalah Little Israel (Israel Kecil), karena kota ini menjadi tempat tumbuh subur dan berkembang para Yahudi di AS. Zuckerberg mengoperasikan Facebook di seluruh dunia di sebuah kamar kecil di Harvard, sebuah institusi pendidikan yang dipegang oleh Yahudi. Dan nama Facebook berakar kata dengan Faceit, sebuah kata yang terkenal sebagai jargon Yahudi dalam menguasai dunia. Jadi, Facebook bukanlah sebuah kebetulan.

Saat ini, jutaan orang hinggap di Facebook. Anda akan dianggap mahluk aneh ketika hidup di kota namun tidak mempunyai account Facebook. Facebook yang memungkinkan pertama kali orang mengakses jaringan maya selama 24 jam karena kemudahan GPRS di telefon genggam. Hingga, dengan mudah, semua orang bisa diketahui keberadaannya. Dengan mempunyai account Facebook, itu artinya, Anda membiarkan isi hati Anda bicara di depan publik.

Orang Palestina melaporkan bahwa keberadaan mereka di Facebook beberapa kali dihapus oleh administrator. Ini karena kebanyakan orang Palestina selalu mengup-date status mereka dengan kondisi Palestina sesungguhnya. Hal itu juga berlaku untuk grup-grup forum atau diskusi Islam di Facebook yang dianggap ekstrem atau dapat menggerakkan orang banyak. (sa/jp)