Di Maladewa, Islam Sangat Penting

Di Maladewa, Islam begitu penting. Itu sebabnya, jangan heran jika setiap hari Jumat juga begitu penting di Maladewa. Itu sebabnya pula, sariatu—hukum-hukum syariah di Dhivehi juga sangat penting. Itu sebabnya pula di Maladewa, mulai dari presiden, jaksa agung, departemen dalam negeri, dan majelis-majlis begitu penting.

Di pulau itu, masjid atau lebih dikenal sebagai miski, menjadi simbol penting pusat Islam dipraktikkan. Setiap hari Jumat, toko dan kantor di kota-kota dan desa sudah tutup sekitar pukul 11 pagi.

Selalu ada masjid di beberapa pelosok Maladewa. Kebanyakan bangunan masjid dicat putih dan terbuat dari batu karang dengan menggunakan seng atau jerami sebagai atapnya.

Di Malé, Islamic Center dan Masjid Besar yang dibangun pada tahun 1984 dengan dana dari negara-negara Teluk Persia, Pakistan, Brunei, dan Malaysia, berdiri elegan. Pada awal tahun 1991 saja, Maladewa sudah memiliki total 725 masjid dan 266 masjid berbeda untuk perempuan.

Di Maladewa, lima belas menit sebelum adzan, semua toko dan kantor tutup. Selama bulan Ramadan, semua kafe dan rumah makan juga tutup, dan hanya buka menjelang waktu berbuka dan pada pada malam hari.

Namun suasana Maladewa yang seperti itu selama ini selalu terisolasi. Dunia tak banyak mengetahui, dan Maladewa seolah terisolasi dari pusat sejarah Islam di Timur Tengah dan Asia. Justru yang paling banyak diberitakan adalah tentang pesona kawasan ini yang banyak menarik minat para selebriti dunia.

Yang justru menonjol dalam pemberitaan tentang Maladewa adalah nuansa magis dan klenik. Padahal di pulau ini misalnya Sekitar dua tahun yang lalu, Rifdha Mohammed Rasheed mengikuti kontes hafalan Quran. Rifda, bocah perempuan 10 tahun, ini sudah hafal Al-Quran seluruhnya, dan anak-anak seperti rifdha di Maladewa, walau tidak hafal Al-Quran seluruhnya, mulai banyak bermunculan.

Populasi Maladewa sendiri terbilang sedikit (sekitar 400,000 jiwa) dan ukuran kawasannya pun terbilang kecil (hanya sekitar dua kali lebih besar daripada Washington).

Pada tahun 2008, pemerintahan Maladewa menyusun sebuah undang-undang bahwa non-Muslim tidak boleh menjadi warga negara Maladewa.

Maladewa adalah negara dengan dataran paling rendah di dunia ini, hanya 2,3 meter dari permukaan laut. Kecuali kelapa, di Maladewa hampir tidak ada lagi buah-buahan lain yang tumbuh subur. Hasil alam yang paling menonjol adalah produksi ikan tuna mereka yang disediakan oleh laut. Dan keindahan alam Maladewa sudah tidak asing dalam menarik para wisatawan mancanegara.

Penduduk Maladewa sendiri kebanyakan imigran dari Sri Lanka. Awalnya, mereka lebih banyak penganut Hindu, namun kemudian penguasa Maladewa, dari waktu ke waktu mengharuskan siapapun yang ingin tinggal di Maladewa menganut Islam yang sangat dominan akan Sunni-nya. Walaupun Maladewa berjalan dalam kepemimpinan Islam sejak tahun 1153 sampai 1968, namun mereka dikuasai oleh protektorat Inggris dari 1887 sampai 25 Juli 1965. (sa/wikpedia/berbagaisumber)