Isi Hatiku

Isi Hatiku

Assalamu’alaikum bun….

Saya seorang wanita berusia 25 tahun memiliki 1 orang anak laki-laki. kami sudah 3 tahun hidup bersama. ada beberapa curahan hati saya yang ingin saya katakan disini.

1. Saya tinggal dengan mertua saya, saya sih tidak mengapa toh tidak ada paksaan di diri saya. Kami sempat 1 tahun tinggal di rumah orang tua saya, 1 tahun lagi kami ngontrak dan karena di rumah mertua saya tidak ada lagi orang yang menemani mereka maka kami pindah di rumah mertua saya. Ada beberapa hal yang tidak saya sukai, mertua saya punya akhlak yang kurang baik. Saya ingin sekali menegur mereka tapi kok lidah ini kelu. Saya sering dengar mertua perempuan saya membentak dan memarahi anak saya (anak saya di jaga neneknya kalo saya kerja) dan mertua laki-laki saya suka merokok di dekat anak saya, risih, kesel dan jengkel. Saya sudah shere ke suami saya, tapi dia sudah males nasehati orang tuanya sendiri. Saya pun bingung. Pernah suatu hari saya tegur mertua perempuan saya karena ia bicara kasar kepada anak saya, alhamdulillah beliau mau menerima. Tapi dihari lain diulang kembali. Saya jadi pusing dan saya tidak mungkin tidak bekerja, selain kebutuhan ekonomi saya juga menikmati dunia kerja saya. Terkadang saya sedih sekali melihat kondisi anak saya. Saya merasa menjadi ummi yang kurang baik. Memang usianya sudah 2 thn rencana saya usia 4 tahun dia sudah mulai TK dan usia 3 thn rencananya dia punya adik. Tapi saya sering kepikiran anak saya dirumah. bagaimana ya bun…? Kami gak mungkin pindah karena rumah itu sudah atas nama suami. otomatis mau tidak mau kami harus disana.

2. Saya pernah menyatakan kecemburuan saya kepada suami saya terhadap kawan kantor suami. dia sih ketawa saja. Saya sms juga wanita yang saya rasa dia terlalu dekat dengan suami saya. Pertanyaan saya, apakah saya salah dengan meng-sms kawan kantor suami saya bahwa saya tidak suka kedekatan mereka? Dan akhirnya kawan suami saya itu merasa dia tidak ada perasaaan apa -apa ke suami saya dan saya tau itu. Saya hanya ingin dia tidak terlalu dekat dengan suami saya, toh kami semua sudah mengerti antara batasan-batasan laki-laki dan perempuan, tapi kenapa dia tidak menjaga hijab dengan baik? Setelah saya sms dia sakit hati, saya tahu saat dia membalas sms saya..” loh, saya cuma mengingatkan dia agar dia tidak terlalu dekat dengan suami saya.” Apakah saya salah bun dan apakah saya terlalu kekanak-kanakan?

Terimakasih atas jawaban diatas bun. sebenarnya setiap istri sudah tahu kalo kita harus sabar dan mengerti benar peran kita sebagai istri, ummi dan pekerja. saya hanya ingin mencurahkan isi hati saya saja. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan hidayahnya untuk kita semua. aamiin.

Bu Solihah

Jawab :

Walaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

1. Mengenai anak ibu yang tinggal dengan mertua, atau tinggal dengan siapapun, itu nampakanya sudah merupakan resiko bu, dan sangat sulit untuk merubah perangai ibu mertua atau ayah mertua, karena itu sudah merupakan karakter dasar. Jadi bila sudah diberitahu lalu diulang kembali, maka nampaknya akan seperti itu terus. Dan kebiasaan merokok bapak mertua tidak bisa dihilangkan begitu saja karena sudah punya cucu, memang baiknya sih pindah rumah ya bu, namun anak ibu sama siapa? Apa ibu bisa jamin bila dengan pembantu rumah tangga, tidak ada pengaruh buruk, bisa saja pembantu rumah bawa teman lelaki kedalam rumah, atau nonton film india dan nyetel lagu dangdut keras-keras, belum lagi bila pembantu tidak datang atau sakit atau pulang kampung, maka ibu harus pusing lagi memikirkan penjaganya dirumah. Saran saya sementara ini, bujuk suami untuk mau, dan tidak malas mendiskusikan dengan ibu dan bapak mertua, demi kebaikan anaknya, itu kan anak berdua, bukan anak ibu saja. Dan ibu juga sedikit lebih tegas dalam mengingatkan bapak dan ibu mertua, lalu ibu belikan cd-cd yang bagus yang berisi kisah-kisah anak islam, dan minta ibu mertua bantu pasangkan ketika ibu bekerja.

Ada ide lain begini bu, memang akan melelahkan ibu, jadi anak diajak lelah sekali, sehingga ketika ibu berangkat kerja, anak ibu tertidur sampai empat jam, sehingga pas jam 12 bangun, dan jam 2 mungkin makan, dan dipasangkan cd yang bagus-bagus, jadi waktu dia interaksi sama mertua cuma sebentar. Ketika ibu pulang dari kantor, ajak anak kembali bermain, sehingga waktu dia akan banyak juga sama ibu, dan waktu yang dengan mertua dihabiskan dengan tidur dan nonton cd sampai dia sekolah.

Nanti kalau sekolahnya di SD, baiknya cari SDIT bu, yang sekolahnya full sampai sore, bahkan pulang sore, usahakan anaknya ikut TPA dekat masjid sehingga waktu interaksi dengan mertua tidak banyak. Tapi mertua tetap dikasih tahu ya bu, terutama bapak yang merokok depan anak, kan bisa merokoknya diluar rumah atau diteras, demi cucu.

2) Tidak apa bu, namanya mengatur ya dengan cara apa saja, memang tidak ada kata-kata seperti: “tidak punya perasaan apa-apa,” awalnya memang tidak ada perasaan, lama-lama kan punya perasaan, sedikit demi sedikit, kalau ibu tidak nyaman, maka suami dan teman wanitanya itu harus maklum dan menghentikan hal tersebut. Hidup kan harus saling hormat menghormati, ya tegas saja, dengan cara apa saja yang ibu rasa nyaman, tidak usah memikirkan kekanakan atau tidak, toh mereka juga salah, terlalu akrab, dan apakah suami sang wanita tidak marah…? Tetap bu walau tidak ada perasaan apa-apa, hijab harus dijaga.

Wassalam

Mam Fifi

Ingin mengirim pertanyaan untuk rubrik ini? Kirim pertanyaan ke email [email protected] dengan subject : Konsultasi Pendidikan

Isi Hatiku

Isi Hatiku

Isi Hatiku

Assalamu’alaikumbun….

Saya seorang wanita berusia 25 tahun memiliki 1 orang anak laki-laki. kami sudah 3 tahun hidup bersama. ada beberapa curahan hati saya yang ingin saya katakan disini.

1. Saya tinggal dengan mertua saya, saya sih tidak mengapa toh tidak ada paksaan di diri saya. Kami sempat 1 tahun tinggal di rumah orang tua saya, 1 tahun lagi kami ngontrak dan karena di rumah mertua saya tidak ada lagi orang yang menemani mereka maka kami pindah di rumah mertua saya. Ada beberapa hal yang tidak saya sukai, mertua saya punya akhlak yang kurang baik. Saya ingin sekali menegur mereka tapi kok lidah ini kelu. Saya sering dengar mertua perempuan saya membentak dan memarahi anak saya (anak saya di jaga neneknya kalo saya kerja) dan mertua laki-laki saya suka merokok di dekat anak saya, risih, kesel dan jengkel. Saya sudah shere ke suami saya, tapi dia sudah males nasehati orang tuanya sendiri. Saya pun bingung. Pernah suatu hari saya tegur mertua perempuan saya karena ia bicara kasar kepada anak saya, alhamdulillah beliau mau menerima. Tapi dihari lain diulang kembali. Saya jadi pusing dan saya tidak mungkin tidak bekerja, selain kebutuhan ekonomi saya juga menikmati dunia kerja saya. Terkadang saya sedih sekali melihat kondisi anak saya. Saya merasa menjadi ummi yang kurang baik. Memang usianya sudah 2 tahun rencana saya usia 4 tahun dia sudah mulai TK dan usia 3 tahun rencananya dia punya adik. Tapi saya sering kepikiran anak saya dirumah. bagaimana ya bun…? Kami gak mungkin pindah karena rumah itu sudah atas nama suami. otomatis mau tidak mau kami harus disana.

2. Saya pernah menyatakan kecemburuan saya kepada suami saya terhadap kawan kantor suami. dia sih ketawa saja. Saya sms juga wanita yang saya rasa dia terlalu dekat dengan suami saya. Pertanyaan saya, apakah saya salah dengan meng-sms kawan kantor suami saya bahwa saya tidak suka kedekatan mereka? Dan akhirnya kawan suami saya itu merasa dia tidak ada perasaaan apa -apa ke suami saya dan saya tau itu. Saya hanya ingin dia tidak terlalu dekat dengan suami saya, toh kami semua sudah mengerti antara batasan-batasan laki-laki dan perempuan, tapi kenapa dia tidak menjaga hijab dengan baik? Setelah saya sms dia sakit hati, saya tahu saat dia membalas sms saya..” loh, saya cuma mengingatkan dia agar dia tidak terlalu dekat dengan suami saya.” Apakah saya salah bun dan apakah saya terlalu kekanak-kanakan?

Terimakasih atas jawaban diatas bun. sebenarnya setiap istri sudah tahu kalo kita harus sabar dan mengerti benar peran kita sebagai istri, ummi dan pekerja. saya hanya ingin mencurahkan isi hati saya saja. semoga Allah mencurahkan rahmat dan hidayahnya untuk kita semua. aamiin.

Bu Solihah

Jawab :

Walaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

1. Mengenai anak ibu yang tinggal dengan mertua, atau tinggal dengan siapapun, itu nampakanya sudah merupakan resiko bu, dan sangat sulit untuk merubah perangai ibu mertua atau ayah mertua, karena itu sudah merupakan karakter dasar. Jadi bila sudah diberitahu lalu diulang kembali, maka nampaknya akan seperti itu terus. Dan kebiasaan merokok bapak mertua tidak bisa dihilangkan begitu saja karena sudah punya cucu, memang baiknya sih pindah rumah ya bu, namun anak ibu sama siapa? Apa ibu bisa jamin bila dengan pembantu rumah tangga, tidak ada pengaruh buruk, bisa saja pembantu rumah bawa teman lelaki kedalam rumah, atau nonton film india dan nyetel lagu dangdut keras-keras, belum lagi bila pembantu tidak datang atau sakit atau pulang kampung, maka ibu harus pusing lagi memikirkan penjaganya dirumah. Saran saya sementara ini, bujuk suami untuk mau, dan tidak malas mendiskusikan dengan ibu dan bapak mertua, demi kebaikan anaknya, itu kan anak berdua, bukan anak ibu saja. Dan ibu juga sedikit lebih tegas dalam mengingatkan bapak dan ibu mertua, lalu ibu belikan cd-cd yang bagus yang berisi kisah-kisah anak islam, dan minta ibu mertua bantu pasangkan ketika ibu bekerja.

Ada ide lain begini bu, memang akan melelahkan ibu, jadi anak diajak lelah sekali, sehingga ketika ibu berangkat kerja, anak ibu tertidur sampai empat jam, sehingga pas jam 12 bangun, dan jam 2 mungkin makan, dan dipasangkan cd yang bagus-bagus, jadi waktu dia interaksi sama mertua cuma sebentar. Ketika ibu pulang dari kantor, ajak anak kembali bermain, sehingga waktu dia akan banyak juga sama ibu, dan waktu yang dengan mertua dihabiskan dengan tidur dan nonton cd sampai dia sekolah.

Nanti kalau sekolahnya di SD, baiknya cari SDIT bu, yang sekolahnya full sampai sore, bahkan pulang sore, usahakan anaknya ikut TPA dekat masjid sehingga waktu interaksi dengan mertua tidak banyak. Tapi mertua tetap dikasih tahu ya bu, terutama bapak yang merokok depan anak, kan bisa merokoknya diluar rumah atau diteras, demi cucu.

2) Tidak apa bu, namanya mengatur ya dengan cara apa saja, memang tidak ada kata-kata seperti: “tidak punya perasaan apa-apa,” awalnya memang tidak ada perasaan, lama-lama kan punya perasaan, sedikit demi sedikit, kalau ibu tidak nyaman, maka suami dan teman wanitanya itu harus maklum dan menghentikan hal tersebut. Hidup kan harus saling hormat menghormati, ya tegas saja, dengan cara apa saja yang ibu rasa nyaman, tidak usah memikirkan kekanakan atau tidak, toh mereka juga salah, terlalu akrab, dan apakah suami sang wanita tidak marah…? Tetap bu walau tidak ada perasaan apa-apa, hijab harus dijaga.

Wassalam

Mam Fifi

Ingin mengirim pertanyaan untuk rubrik ini? Kirim pertanyaan ke email [email protected] dengan subject : Konsultasi Pendidikan

* Penulis yang bernama lengkap Fifi P. Jubilea adalah founder of Jakarta Islamic School, Ibu dari 3 orang anak yang tengah menyelesaikan kuliah S3 di Australia ini telah menerbitkan buku : Aku Cinta Padanya Bunda, Secangkir Teh Buatan Bidadari, dan 3 Hari Melihat Kota Yang Menyayat Hati.