Kader Muda Ikhwan, Meretas Jalan Menuju Revolusi Baru (1)

Hassan al-Banna baru berusia dua puluh tahun ketika ia mendirikan gerakan Ikhwan pada tahun 1928. Setelah memulai kehidupan profesinya sebagai guru bahasa Arab di kota Ismailiya—sekitar lima puluh mil sebelah timur Kairo—Hasan Al Bana mendedikasikan Ikhwan untuk kaum muda dan pendidikannya (pentarbiyahannya), dan tetap demikian sepanjang hidupnya. Memang, Ikhwan memulai langkah pertamanya terutama sebagai gerakan pemuda yang fokus pada pembinaan generasi baru Muslim. Ini sepenuhnya ditujukan untuk kebangkitan Islam dan pembentukan tatanan sosial dan politik Islam yang baru.

Hari ini, delapan puluh satu tahun kemudian setelah Imam Syahid mendirikan Ikhwan, Ikhwan tidak lagi berfokus pada organisasi pemuda yang sederhana, tetapi sebuah gerakan yang membentang di beberapa generasi. Namun, ini melahirkan sejumlah dilema baru bagi Ikhwan secara keseluruhan. Antara lain, kesenjangan yang terus-menerus ada di antara generasi tertua Ikhwan dan pemuda yang berasal dari perbedaan dalam ideologi dan strategi.

Perbedaan ini diperparah oleh kurangnya saluran dialog internal dalam kelompok tersebut, yang berarti bahwa pemuda dengan ide-ide segar dan aspirasi barunya, hampir tidak mempunyai kesempatan untuk naik ke tingkat kepemimpinan atau pengaruh arah gerakan masa depan. Dan ini, mau tidak mau, harus diakui telah melumpuhkan reformasi di tubuh Ikhwan sendiri.

Konsekuensinya, banyak kader muda kecewa kepada Ikhwan, dan Ikhwan sendiri secara keseluruhan tampaknya kehilangan kemampuannya untuk menampung inspirasi para pemuda itu dan menjaga atau memupuk kesetiaan mereka. Tak pelak, lagi-lagi, mau tak mau, ada sebuah krisis dalam Ikhwan, dengan semakin banyak kader muda Ikhwan muda yang berpikiran mencari jalur baru ke depan.

Demografi Konteks

Mesir saat ini sedang mengalami lonjakan kaum muda. Menurut data dari Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik, kaum muda Mesir mencapai 28% dari total jumlah penduduknya. Dengan kata lain, hampir sepertiga dari penduduk Mesir yang berjumlah 80 juta penduduk berada di bawah usia tiga puluh.

Meskipun pemuda Mesir sering dituduh pasif dan apatis, melihat gejolak politik di negara itu sejak 2004, telah menyentuh orang-orang muda, membuat mereka mau bergabung dengan LSM dan berpartisipasi dalam gerakan-gerakan protes yang muncul dalam beberapa tahun terakhir.

Kaum muda Mesir memiliki kesadaran politik yang berkembang dengan baik juga: tidak lagi hanya berfokus pada pekerjaan atau pendidikan yang memadai, mereka membuat tuntutan politik yang lebih jelas, menyerukan peningkatan partisipasi politik, menghormati hak asasi manusia, dan kebebasan pribadi yang lebih besar.

Pada saat yang sama, revolusi informasi telah memberikan kesempatan pemuda Mesir untuk berpartisipasi dalam politik secara langsung dan murah, dan bergabung dalam diskusi global tentang kebebasan, hak asasi manusia, dan demokratisasi.

Apa yang luar biasa dari para pemuda Mesir adalah mereka tidak terlibat dalam politik dengan cara-cara konvensional—misalnya, dengan bergabung dengan partai-partai politik yang sudah mengalami stagnan, atau dengan mengambil peran yang lebih aktif dalam serikat pekerja.

Sebaliknya, mereka menciptakan politik baru dan entitas sosial untuk menyuarakan tuntutan dan ide-ide mereka. Pemuda Mesir merupakan kekuatan politik yang tidak dapat disangkal: gerakan pemuda memainkan peran penting di ujung tombak pemogokan nasional pada 6 April 2008 silam.

Lebih dari 150.000 blog asal Mesir yang ditulis pemudanya membahas tema-tema sosial dan politik yang berbasis di negara mereka. Bandingkan dengan di negara lain yang isinya kebanyakan hanya cinta, musik, film dan sejenisnya.

Kader Muda Ikhwan: Cerdas dan Revoluisoner

Kader muda Ikhwan tidak ada pengecualian untuk ini. Ikhwan tetap menjadi kelompok oposisi politik terbesar di Mesir, dan meskipun organisasi sudah lintas generasi, kaum muda adalah subkelompok terbesar dalam kesuksesaan Ikhwan di masa lalu.

Pemuda Ikhwan merupakan bagian penting dari dinamika baru di kalangan kaum muda yang telah muncul di Mesir selama tiga tahun terakhir. Dan jika ada sesuatu yang membedakan mereka dari aktivis muda lainnya, itu adalah bahwa mereka lebih terorganisir dan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk terlibat dalam informasi, dan tindakan politik yang efektif.

Selain itu, kader muda Ikhwan memainkan peran penting dalam pemilu nasional tahun 2005 yang memberikan 20 persen kursi parlemen untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pemuda Ikhwan pula yang pertama kalinya menentang dominasi Partai Demokrat Nasional (NDP) sebagai kandidat dalam pemilu lokal, dan mereka berhasil

Sejak pemilu 2005, universitas-universitas Mesir telah menjadi pusat dari kegiatan kader muda Ikhwan. Ikhwan tak pelak telah memainkan peran penting dalam kehidupan pelajar di perguruan tinggi, dan kader muda berhasil menjadi ketua senat mahasiswa dan sejeninya.

Kader muda inilah yang telah menghubungkan Ikhwan dengan masyarakat yang lebih luas dalam rangka memperluas basis Ikhwan dan kelas sosial lebih tinggi di seluruh barisan.

Hal ini telah mendorong tindakan keras dari pihak berwenang Mesir: beberapa kader muda Ikhwan telah ditangkap. Beberapa kader muda Ikhwan bahkan telah dikeluarkan dari universitas karena kegiatan politik mereka. BERSAMBUNG (sa/ikhwanweb)