Meretas Jalan Menuju Revolusi Baru (4) Gerakan Ikhwan Muda Lain


Tidak semua Ikhwan muda reformis, tentu saja. Namun, generasi terbaru Ikhwan tampak secara substansial berbeda dari generasi tua. Mereka cenderung, misalnya, untuk menjadi golongan konservatif. Secara keseluruhan, Ikhwan muda konservatif ini lebih intelektual, dan terbuka daripada pendahulu mereka.

Berbeda dengan generasi tua, sebagian lagi dari Ikhwan muda tampaknya berusaha untuk terus mengatasi konsensus politik. Dengan kata lain, mereka menyadari perlunya membuat aliansi dengan golongan non-Islam dalam rangka membawa perubahan demokratis ke Mesir. Sebagai akibatnya, hal ini telah membelah ideologi antara pemuda Ikhwan dengan sangat kontras, dengan kesenjangan yang jelas antara generasi pertama pemimpin Ikhwan dan rekan-rekan mereka sendiri.

Ikhwan muda ini tampaknya telah menerima prinsip negara-bangsa, dan kurang tertarik pada ide tentang khilafah atau dalam berjuang untuk mendirikan sebuah pan-formasi politik Islam. Beberapa bahkan dengan tajam mengkritik kelompok-kelompok Islam yang mendukung pembentukan negara Islam. Untuk Ikhwan-Ikhwan muda ini, kewarganegaraan harus menjadi prinsip pengorganisasian utama negara, yang pada gilirannya harus melindungi hak-hak minoritas dan menjamin kesetaraan warga negara tanpa warna, etnis, agama, atau gender.

Ikhwan muda ini juga telah mengadopsi pandangan hubungan pragmatis dengan Barat. Banyak Ikhwan muda menyambut pidato Presiden Barack Obama, di Universitas Kairo pada tanggal 4 Juni 2009 dan percaya bahwa Obama dapat mengantarkan era baru hubungan antara AS dan dunia Muslim. Namun jangan lupakan pula, bahwa beberapa dari mereka, bagaimanapun, dengan cepat menyatakan bahwa perubahan di Mesir harus datang dari dalam, dan bukan sebagai hasil dari intervensi dari luar. Artinya, kedua gelombang arus besar pemuda Ikhwan ini mempunyai kubu dan pendukung yang sama besarnya.

Ikhwah muda ini juga berusaha untuk membuat struktur organisasi Ikhwan lebih transparan. Mereka menganjurkan bahwa kekuasaan harus secara rutin dirotasi di antara anggota kelompok, dan mereka menginginkan nilai-nilai otoriter yang telah berurat berakar dalam budaya Ikhwan, seperti ketaatan dan penghormatan bagi gerakan kepemimpinan, digantikan oleh kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas seorang pemimpin dan keterampilannya.

Beberapa juga berharap untuk melihat perubahan Ikhwan dalam memberi kesempatan kepada orang-orang muda untuk posisi kepemimpinan dalam organisasi. Mustafa al-Naggar mengkritik adanya praktik pencalonan dan pemilihan orang-orang dalam organisasi didasarkan pada kepatuhan dan kesetiaan kepada kelompok dan ideologinya, bukan pada penilaian rasional platform politik dan ide mereka.

Ikhwan muda sangat percaya organisasi harus mengubah strategi politik dan taktik, baik yang berkaitan dengan rezim Mesir, kekuatan politik, dan partai-partai oposisi. Mereka menentang popularitas dan kemampuan Ikhwan untuk berhubungan dengan masyarakat Mesir, yang seolah-olah sekarang harus berdasarkan pamrih.

Sejauh ini Ikhwan belum mengembangkan strategi yang jelas untuk menghadapi tantangan-tantangan internal yang diajukan oleh para pemuda dan tuntutan mereka untuk reformasi. Pada awalnya, Ikhwan memilih untuk mengabaikan pemuda sama sekali. Tadinya, mereka menganggap suara di blog pemuda Ikhwan tidak lebih dari renungan pribadi yang sangat kecil jumlahnya.

Namun pada tahun 2007, pada titik ini, Ikhwan blogger tidak lagi dilihat hanya sebagai kasus yang terisolasi antara perbedaan pendapat, tetapi sebagai fenomena yang lebih besar yang mewakili tantangan serius bagi organisasi. Sebagai hasilnya, beberapa pemimpin Ikhwan mulai mengadakan rapat dengan Ikhwan blogger, baik pada kesempatan umum ataupun dalam pertemuan-pertemuan pribadi, seperti yang diatur antara Dr Muhamad Mursi, kepala divisi politik Ikhwan, dan sekelompok Ikhwan blogger. BERSAMBUNG

(sa/ikhwanweb)