Quemama; Untuk Kemandirian Keluarga hingga Kebangkitan Ekonomi Umat

Beranjak dari hobi Ibunya, Ibu Sartje Panigoro yang sudah sejak tahun 80-an berjualan kue dan menerima pesanan meski sambil bekerja, Asdwin kemudian melihat peluang dari bisnis sampingan yang dijalankan ibunya tersebut. Ia kemudian terpikir untuk menjual kue-kue buatan ibunya dengan kemasan yang menarik dan memberikan nama yang dapat menjadi ciri khas tersendiri untuk kue-kue ibunya.

Setelah melalui proses yang cukup panjang sejak pertengahan tahun 2007 akhirnya Quemama dapat launching pada Juli 2008. Penggodokan konsep hingga pembuatan logo dan nama memang dipersiapkan cukup matang, bahkan logo dan pendaftaran merk ke HAKI sudah dilakukan sejak akhir 2007, sebelum Quemama resmi dilaunching.

Sebelumnya Asdwin yang merupakan lulusan Universitas Airlangga Surabaya, pernah bekerja pada beberapa perusahaan namun jiwa entrepreuner-nya lebih kuat. Dari sejak kuliah ia telah memiliki cita-cita untuk berwirausaha pada umur 40 tahun. Numun ternyata cita-cita tersebut dapat ia wujudkan 10 tahun lebih cepat, pada tahun 2006 di usia ke-30 ia mantap memutuskan untuk resign dari pekerjaannya saat itu dan kemudian terjun pada bisnis catering keluarganya.

Setelah satu tahun menggeluti bisnis catering bersama keluarganya, Asdwin mulai berpikir untuk menjual suatu produk dengan merk sendiri. Produk yang diproduksi sendiri dengan bahan dari negeri sendiri dan dengan brand/merk sendiri bukan hasil waralaba dari luar sehingga produknya adalah murni produk anak bangsa. Hal ini terus terpikir karena ketika menjalankan bisnis catering, bisnis yang dijalankan adalah sama dengan bisnis komoditas, yaitu bisnis yang menjual berbagai macam produk dari berbagai macam merk seperti menjual berbagai macam beras, atau berbagai macam minuman. Sementara Asdwin ingin dapat menjual produk yang nantinya akan menjadi pilihan bagi masyarakat yang saat ini lebih menyukai produk-produk makanan dan brand dari waralaba luar.

“Saya memang mempunyai idealisme, kalau memang ada produk dari dalam negeri kenapa harus menggunakan produk luar, dan kalau bisa membuat produk sendiri kenapa tidak, pakailah selalu produk anak bangsa, ” begitu dituturkan Pak Asdwin ketika memaparkan awalnya mendirikan Quemama.

Dengan idealismenya tersebutlah kemudian ia belajar, membaca buku, mengikuti seminar dan workshop sehingga akhirnya ia berani untuk mengungkap ide untuk menjual kue-kue buatan ibunya kepada keluarganya. Nama Quemama sendiri tercetus secara tidak sengaja ketika berdiskusi dengan adiknya untuk memilih brand yang cocok untuk menjual kue-kue buatan mama, “ya que mama…” begitu adiknya memberikan ide, dan kemudian diambil nama Quemama.

Saat ini Quemama tengah menginjak tahun ke-4, ada sebuah teori di dunia bisnis yang mengatakan 80% usaha yang dirintis dari awal akan tutup di tahun pertama, hingga tinggal 20% dan dari 20% ini 80%nya akan tutup di tahun ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa membangun suatu usaha dan kemudian mempertahankannya bukan hal yang mudah, dan Quemama ingin terus bertahan tidak hanya di tahun ke-5 tetapi di tahun-tahun selanjutnya. “Teman saya pernah bilang bahwa usaha yang saya jalankan ini adalah usaha yang mengerikan –scary business, tetapi justru dengan perkataan seperti itu saya merasa tertantang,” ungkap Pak Asdwin. Usaha menjual kue basah memang dapat dilihat mengerikan karena resiko kerugian yang besar ketika kue tidak terjual maka sisanya tidak dapat dijual keesokan harinya, belum lagi masalah produksi, pengantaran, karyawan yang harus digaji, dan lainnya.

Namun, Asdwin yakin Quemama akan terus bertahan dengan semangat yang ia miliki. Ia pun tak pernah berhenti belajar dan mengambil hikmah dari bisnis-bisnis yang telah besar maupun dari berbagai persoalan yang dihadapinya dalam menjalankan Quemama. Ia mengambil hikmah dari brand-brand besar seperti starbuck, coca cola, sosro yang merintis bisnis dari nol hingga menjadi besar dan menjadi brand-brand top of mind – brand/merk yang akan muncul pertama kali di benak kebanyakan orang. Membangun bisnis kemudian mengembangkannya harus pula sejalan dengan mengembangkan merk/brand itu sendiri sehingga dapat menjadi brand yang diingat masyarakat dan memiliki nilai jual yang baik. Hal ini pula yang disarankan Asdwin kepada setiap entrepreneur untuk dapat membuat dan membangun merk/nama yang baik. Apapun jenis usaha yang dijalankannya, bahkan jasa sekalipun baik itu jasa service seperti bengkel atau jasa konsultan yang memakai nama pribadi, nama/brand tersebut haruslah dibuat dengan baik dan dipikirkan strategi untuk membangun brandnya.

Merintis bisnis bukan tanpa kendala dan kendala yang terberat dalam menjalankan suatu usaha adalah ketika berkembang. Berkembang adalah sebuah sunatullah seperti manusia yang berkembang dari bayi kemudian tumbuh menjadi anak, remaja, dan menjadi orang dewasa, begitupun dengan bisnis harus terus tumbuh. Untuk mengembangkan Quemama banyak proses yang dilalui dan pengorbanan yang tidak sedikit, ada proses belajar terus menerus yang dilakukan, karena tumbuh dan berkembang dalam sebuah bisnis adalah suatu strategi untuk bertahan.

Setelah satu setengah tahun berjalan, Quemama pun kemudian berproses untuk menjadi bisnis yang dapat diwaralabakan. Asdwin memulai dengan mencatat semua proses operasional yang dilakukan di Quemama mulai dari produksi, penataan, penjualan, pengantaran hingga ke pengoperasian mesin kasir dan pembukuan yang akhirnya menjadi satu catatan baku SOP (standard operation procedure). Kemudian ia pun tidak sembarang menawarkan konsep waralaba tanpa berdiskusi langsung dengan konsultan waralaba terlebih dahulu sehingga akhirnya ia mantap untuk menawarkan konsep waralaba dengan skema Business opportunity atau kemitraan dalam istilah Indonesianya.

Saat ini Quemama memiliki sembilan outlet yang berjalan dengan segala permasalahannya masing-masing, tapi semuanya terus berusaha untuk bertahan dan berkembang. Quemama berada di bawah PT. Pandan Nuri Bersama dan memiliki 30 karyawan.

Produk utama Quemama saat ini sekitar 20 varian dengan harga @ Rp 4.000 dan produk yang paling laris adalah risonaise (risoles mayonnaise). Strategi pemasaran yang dijalankan adalah dengan melakukan promosi seperti; Beli 1 Gratis 1 setiap setengah jam menjelang toko tutup atau membeli 3 item Rp 10.000. Sampai saat ini memang penjualan terbesar bukan dari penjualan retail tapi penjualan pesan antar dan pemesanan sanck box. Quemama menerima pesanan snack box fresh dengan special order yang dapat di pesan dalam waktu 6 jam sebelumnya tidak perlu 2-3 hari sebelumnya. Dalam upanya membangun brand, Quemama pun sering mengikuti pameran dan menjadi sponsor yang meramaikan berbagai acara seperti antara lain Fun Bike Dakta FM dan lainnya. Asdwin tidak hanya mengandalkan media promosi seperti flyer, tetapi ia pun bersedia untuk membawakan tester sample produk bagi lembaga/perusahaan yang ingin memesan produk Quemama.

Target pada tahun 2011 ini Quemama dapat membuka maksimal 25 cabang Business Opportunity dan fokus hanya di Jabodetabek. Untuk sebuah usaha waralaba target 25 cabang ini dirasa sangat kecil. Namun Quemama dan seluruh jajarannya ingin berusaha sebaik-baiknya untuk dapat menumbuhkan cabang-cabang yang ada, tidak hanya menjual konsep kemitraan tetapi juga bagaimana mensukseskan cabang-cabang yang ada. Asdwin lebih memperhatikan bagaimana semua outlet yang ada nanti dapat merasakan profit dan dapat berkembang. Harapannya jika ada cabang yang ke-26 maka Quemama telah berkembang dengan konsep yang lebih maju, tidak lagi hanya sekedar outlet tetapi dapat menjadi snack café.

Ada suatu prinsip yang dipelajari Asdwin dalam dunia bisnis, bahwa investasi berbanding lurus dengan tingkat kesuksesan. Investasi yang besar akan mendorong kesuksesan yang besar, jika investasi kecil maka tingkat kesuksesannya pun kecil. Namun maksudnya bukan berarti mengecilkan niat untuk memulai usaha dengan investasi yang kecil, tetapi dari beberapa pengalaman seseorang yang pernah melakukan investasi kecil dan kemudian gagal dan mencoba lagi hingga berhasil kemudian ia akan beralih dan mencoba untuk berinvestasi dengan jumlah yang besar.

Berwirausaha sesungguhnya hanya membutuhkan skill dan attitude. Skill atau keterampilan hanya bisa diperoleh dengan berlatih bukan hanya mempelajari teori tetapi mempraktekan teori yang dimiliki. Seperti kemampuan berenang yang tidak mungkin didapat seseorang hanya dengan mempelajari buku atau mendengarkan teknik-teknik berenang tanpa pernah terjun langsung untuk mempraktekannya di kolam renang. Orang selalu bertanya apa kunci sukses dalam berbisnis, sesungguhnya kunci sukses untuk menjalankan bisnis itu adalah dengan terjun langsung membuka bisnis itu sendiri. Karena dengan memulai berbisnis seseorang akan merasakan setiap permasalahan yang datang dan kemudian berusaha untuk menyelesaikannya dan terus berlanjut tidak hanya dengan satu permasalahan tetapi selama bisnis terus berjalan permasalahan akan terus datang dan membuat seseorang akan semakin tangguh dan saat itulah ia tengah membuka kunci-kunci kesuksesan bisnisnya. Oleh karena itu pulalah ia membutuhkan attitude atau sikap mental yang kuat tidak mudah menyerah dan memiliki semangat yang tinggi. Sikap yang ketika jatuh ia akan cepat berdiri dan berusaha bangkit, tidak mudah stress.

Ada pelajaran dari Hitler yang diambil oleh Asdwin secara positif : “Kalo menang jangan komentar kalo kalah jangan kasih alasan,” makna yang dapat diambil adalah Jika kita sukses jangan sampe kita terlalu senang, tetapi sebaliknya juga kalau kita jatuh/gagal jangan pula terlalu sedih, biasa-biasa saja. Hal ini sejalan dengan sahabat Rasul Harun Al Rashid : “saya tidak senang jika menang dalam peperangan yang tidak direncanakan, tetapi ia pun tidak terlalu sedih ketika menghadapi perang dengan strategi yang sudah direncanakan dengan matang tapi kenyataannya tidak menang.” Sehingga jika ada yang mengatakan sukses maka hal itu disikapinya dengan rendah hati, tetapi ketika menghadapi berbagai persoalan ia pun tidak mudah menyerah untuk segera mencari solusinya.

Manjalankan usaha dan merintis bisnis dari kecil akan membutuhkan waktu yang cukup banyak, bahkan dapat lebih banyak dari waktu yang dihabiskan seorang karyawan. Tidak ada hari libur di weekend untuk Asdwin dan keluarga, tetapi ia merasa dapat mengatur waktunya dengan lebih leluasa untuk keluarganya. Mengantar ketiga orang anaknya pergi ke sekolah setiap hari menjadi rutinitas Asdwin agar tidak kehilangan quality time bersama keluarganya, dan ia pun hampir dapat setiap hari makan siang dirumah bersama istrinya.

Membangun Quemama merupakan ambisi dan harapannya untuk menjadi pengusaha muslim yang dapat menjadi bagian dari kebangkitan ekonomi umat. Ada strategi yang harus dilakukan untuk dapat menjadi bagian dari kebangkitan umat, seperti mempekerjakan karyawan yang berasal dari wilayah sekitar tempat usaha, menggunakan bahan-bahan yang juga diproduksi oleh pengusaha lokal atau anak bangsa dan lainnya yang dapat menumbuhkan usaha yang dijalankan oleh umat. Selain itu melalui Quemama Asdwin ingin jadi bagian dalam mencerdaskan umat. Dan salah satu cara yang telah ia lakukan adalah dengan menjadi mentor bagi salah satu karyawannya yang awalnya tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan sama sekali menggunakan computer, tetapi saat ini karyawan tersebut telah menjadi staf keuangan kepercayaan Quemama.

Bagi Asdwin “Quemama more than just snack in the box, IT’s Art”. Quemama adalah seni bukan hanya keindahan produk kuenya sendiri tapi seni berbisnis. Bagaimana merangkai semua problem yang kemudian menjadi solusi yang akan membuat sebuah bisnis tumbuh.