Elly Risman: Your Family Is Under Attack by Pornografi

“Masa revolusi digital yang tengah dihadapi kita saat ini merupakan situasi darurat pornografi, and your family is under attack.” Begitu disampaikan oleh Ibu Elly Risman ketika membuka acara Talkshow Educare & Beauty Share; “Pornografi Anak di Era Digital” pada Senin 9 Mei 2011 di Ballroom IPB International Convention Center Bogor.

Selama ini orangtua tidak mengetahui fakta diluar bagaimana pornografi telah menggempur keluarga mulai dari TV, internet, komik, HP, games, film layar lebar dan lain-lain. Anak-anak remaja bahkan hingga anak SD sekarang ini terbiasa dengan teknologi digital seperti HP, Internet, PS dan gadget lainnya, bahkan terkadang anak-anak lebih mahir menggunakan berbagai perangkat teknologi tersebut dibanding orangtuanya. Games yang sangat dekat dengan anak-anak pun perlu dicermati karena di Indonesia banyak sekali beredar games yang seharusnya dimainkan oleh orang dewasa tetapi dapat dengan bebas dan mudah diakses oleh anak-anak dibawah umur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati pada hampir 4000 responden anak-anak kelas 4,5 dan 6 SD didapatkan bahwa 68% pernah mengakses pornografi. Akses pornografi yang mereka lakukan diantaranya melalui situs internet sebanyak 28%, komik 20%, games 14%, Film 13%, HP 6% selebihnya dari media lain.

Kasus-kasus pornografi yang dilakukan oleh public pigure seperti artis, pejabat atau anggota dewan yang sering menjadi headline dan memenuhi pemberitaan sepertinya tidak mengurangi tindak pornografi, bahkan sebaliknya meningkatkan tindak pornografi. Maraknya kasus PSK remaja di kota-kota besar yang terdiri dari anak-anak usia SMP dan SMA dan belum lama ini kasus perkosaan yang dilakukan oleh anak SD sepertinya hanya menjadi bumbu berita yang kemudian dilupakan, terkalahkan oleh pemberitaan korupsi, NII atau terorisme. Meski banyak media yang memberitakan bagaimana anak-anak dapat sangat mudah mengakses pornografi dari keseharian mereka melalui komik, games, HP dan lainnya tapi tidak banyak media yang memaparkan sejauh mana dampak buruk dari pornografi terutama bagi anak-anak.

Untuk itu Ibu Elly Risman dan Yayasan Kita dan Buah Hati merasa perlu untuk mengajak para orang tua agar dapat melindungi keluarganya dari gempuran pornografi yang tidak disadari dilakukan secara halus dan simultan oleh para pelaku bisnis pornografi melalui berbagai media yang digemari anak-anak dan remaja. Jika Pemerintah tidak dapat mengambil tindakan tegas atau melakukan upaya untuk dapat mengurangi kasus-kasus pornografi yang terjadi, maka sebaiknya mulai dari diri kita, keluarga kita, saudara kita dan lingkungan terdekat kita melindungi diri dari pengaruh dan dampak buruk pornografi.

Mungkin banyak yang belum mengetahui apa yang dapat ditimbulkan dengan melihat pornografi atau apa dampaknya jika anak-anak kita sampai kecanduan pornografi. Tidak seperti bahaya alkohol dan narkoba yang telah lebih dulu tersosialisasi akan dampak buruknya bagi tubuh, tindakan pornografi dalam benak masyarakat sepertinya hanya menimbulkan sangsi moral. Padahal menurut penelitian terbaru yang diungkapkan dalam buku The Drug of the New Millennium: The Science of How Internet Pornography Radically Alters the Human Brain and Body, karangan Mark B. Kastlemen, kecandungan pornografi juga dapat mengganggu fungsi otak pada tubuh.

Bagaimana pornografi dapat sampai merusak otak, Ibu Elly menganalogikannya dengan keadaan sebuah mobil yang bagian depannya mengalami kerusakan parah akibat tabrakan, dan begitulah kondisi otak bagian depan anak kita yang disebut Pre Frontal Cortex (PFC) jika telah kecanduan pornografi. Fungsi dari PFC pada otak adalah untuk merencanakan, mengendalikan emosi, mengambil keputusan, berpikir kritis dan lainnya. Fungsi PFC ini terus berkembang dan akan matang pada usia 25 tahun, maka bayangkanlah jika dalam tahap perkembangannya fungsi ini telah rusak bahkan sebelum mencapai kematangan.

PFC dapat rusak dikarenakan fungsinya tidak dilatih dan digunakan sebagaimana mestinya. Ketika seorang anak/remaja melihat pornogafi maka sistem limbik dalam otaknya yang akan lebih berperan. Sistem limbik berfungsi untuk memperoduksi hormon-hormon dalam tubuh, salah satunya adalah hormon yang menimbulkan rasa senang. Dan rasa senang itulah yang timbul ketika seorang anak melihat pornografi, sehingga yang awalnya melihat secara tidak sengaja, kemudian penasaran dan akhirnya menjadi kecanduan karena rasa senang yang di produksi oleh sistem limbik.

Kerusakan otak yang ditimbulkan adalah kerusakan permanen jika seorang anak telah kecanduan pornografi, hal itu menjadi salah satu agenda dari para pelaku bisnis pornografi. Sebelum mencapai pada tahap kerusakan otak permanen, para pelaku bisnis pornografi ingin menciptakan perpustakaan porno di benak anak-anak dan remaja yang dapat di panggil kapan saja dalam memori otak anak-anak kita. Target para pelaku bisnis pornografi adalah anak-anak menjelang usia akil baligh, karena jika anak-anak pada usia tersebut dapat melewati fase akil bailgh (maaf, mimpi basah) secara tidak alami atau dengan kata lain dengan melihat pornografi, maka dapat dipastikan anak-anak tersebut menjadi pelanggan tetap untuk seumur hidup. Pelanggan tetap = future market untuk para pelaku bisnis pornografi.

Ibu Elly Risman banyak menjumpai kasus-kasus anak yang telah kecanduan pornografi dan banyak dari mereka memiliki prestasi yang menurun. Anak dengan kecanduan pornografi dapat dilihat dari ciri-ciri berikut :

  • Mudah haus dan tenggorokan kering
  • Sering minum
  • Sering buang air kecil
  • Sering berkhayal
  • Sulit konsentrasi
  • Jika bicara, menghindari kontak mata
  • Sering bermain PS & internet dalam waktu yang lama
  • Prestasi akademis menurun
  • Main dengan teman/kelompok yang “itu-itu” saja
  • Berperilaku yang aneh, seperti : kancing baju sampai keatas, rambut gondrong dan lain-lain.

Mengapa anak-anak dapat dengan mudah mengakses pornografi bahkan sampai kecanduan, hal ini sebagian besar dikarenakan kelalaian orang tua. Orang tua kurang mempunyai waktu yang cukup dengan anak, orang tua juga kurang mengajarkan agama dan penerapannya, target pengasuhan yang diberikan pada anak hanya secara umum dan kurang teguh pada prinsip sehingga hanyut dalam TREND. Orang tua kurang tanggap dan gagap teknologi sehingga memberikan perangkat teknologi pada anak tanpa tahu akibat negatifnya, tanpa memberi penjelasan dan persyaratan kepada si anak sehingga ia tidak memiliki tanggung jawab. Sementara AlQuran pun telah memerintahkan dalam Surat An Nur 30-31;

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”

Dan yang memprihatinkan, orang tua tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan benar kepada anak-anaknya, tidak memahami perasaan anak dan remaja sehingga anak merasa orang tua bukan tempat mereka bercerita, dan lebih takut pada orang tua. Orang tua hanya merasa berkewajiban untuk memantau prestasi akademis anak-anaknya, bagaimana agar anaknya pinter matematika, science dan mengikutkan anak pada les-les yang belum tentu anak menyukainya. Tidak ada komunikasi dua arah antara anak dan orang tua, sehingga anak-anak lebih merasa nyaman berada bersama lingkungan pergaulan teman-temannya yang kadang memicu anak untuk mengenal bahkan hingga kecanduan dengan hal-hal negative seperti pornografi salah satunya.

Ibu Elly Risman memberikan tips bagaimana mencegah atau membentengi anak agar terhindar dari pornografi. Menghadirkan Allah dalam diri anak, mengajarkan tauhid sehingga anak akan merasa dekat sekaligus takut dengan Allah. Membantu anak untuk dapat membentuk konsep dan harga diri yang baik, dan akan lebih baik dengan memberi teladan. Mendorong anak untuk berfikir kritis, mandiri dan bertanggung jawab. Dan yang paling penting adalah untuk selalu berdoa, karena segala usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari peran Allah yang Maha Melindungi.

Bagi orang tua yang mendapati anaknya telah kecanduan pornografi jangan lantas marah dan stress sehingga akhirnya meninggalkan si anak atau menjauhkan si anak dengan cara disekolahkan ke pesantren dengan harapan akan lebih baik. Hal tersebut justru akan semakin menimbulkan jarak antara orang tua dan anak sehingga anak tidak menghargai orangtuanya. Justru sebaliknya orang tua seharusnya dapat fokus dan konsentrasi untuk dapat menghilangkan kecanduan si anak. Hadapi anak dengan tenang dan hindari marah dan panik. Terimalah keadaan dan maafkanlah, bukan hanya memaafkan anak tetapi memaafkan diri sendiri yang secara tidak langsung telah berperan dalam membuat kondisi anak menjadi kecanduan. Hadapi persoalan dengan syukur, sabar, shalat dan berdoa, sedekah dan membaca Al Quran. Mulailah untuk berubah dari diri sendiri dan memperbaiki pola pengasuhan, belajarlah untuk dapat berkomunikasi dengan baik pada anak sehingga anak merasa aman dan nyaman untuk bercerita segala hal. Anak yang telah kecanduan tidak dapat ditinggalkan untuk dapat mengatasi kecanduannya tetapi justru harus didampingi dengan lebih intens dan dilakukan terapi.

Janganlah membuat kondisi keluarga seperti “ber-ayah ada, ber-ayah tiada, ber-ibu ada ber-ibu tiada.” Karena sesungguhnya saat ini kita tengah berperang melawan ketidaktahuan, keabaian ditengah revolusi digital. Mulailah untuk mengambil peran sebagai orang tua yang sesungguhnya, karena tiada yang tahu kapan Allah akan memanggil kita ataukah anak kita terlebih dahulu, tetapi sebagai orang tua, kita yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah kelak. Dan sampaikanlah kebenaran, kebenaran mengenai dampak pornografi agar dapat mencegah kerusakan yang lebih luas, begitu disampaikan Ibu Elly Risman ketika menutup acara talkshow.

Acara yang diselenggarakan oleh Majalah Paras dan Smart Mother Community tersebut dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta yang lebih banyak ibu-ibu, karena waktu acara yang diselenggarakan pada hari kerja. Smart Mother Community adalah komunitas ibu-ibu rumah tangga yang selalu aktif mengisi kegiatan disela menunggu anak mereka sekola dengan kegiatan positif mulai dari pengajian, seminar dan pelatihan keterampilan.(wn)

Info mengenai workshop parenting hubungi
Yayasan Kita dan Buah Hati
Jl. Gudang Peluru Barat Blok V No.526
Kebon Baru – Jakarta Selatan
Telp. 021-83790765