Kristenisasi di Sentul Sudah Melewati Batas Kesabaran

salibBagai orang kemalingan lalu lapor ke sesepuh, tak tahunya justru dukun maling

Pemurtadan di kawasan Sentul sudah melampaui kesabaran. Mereka mendatangi rumah warga ketika suami mereka bekerja di siang hari.
Dengan cara membujuk, para ibu rumah tangga diajak untuk melepaskan agama yang dianut dan memeluk agama lain. Warga setempat pun makin resah, karena kejadian tersebut terus berulang-ulang dari satu rumah ke rumah lainnya.
“Yang mengejutkan, warga setempat diajak berwisata ke Jakarta. Setibanya di Monas, mereka dibaptis. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai ratusan orang. Tentu saja, peristiwa ini membuat resah warga, sebab setibanya di kampung, mereka dianggap murtad yang kemudian berujung pada konflik sosial,” kata KH. Mukti Ali, Kamis (20/11), selaku perwakilan warga Sentul didampingi sejumlah tokoh melaporkan hal ini kepada Kementerian Agama di Jakarta.

Inilah beritanya.
***

Kristenisasi di Indonesia : Dari Car Free Day Sampai ke Sentul

JAKARTA – Kalangan gereja terus mencari mangsa dengan melakukan pemurtadan terhadap Muslim. Terjadi di seantero nusantara. Kisah pemurtadan sudah terjadi sejak ‘bahuela. Dari mulai ‘car free day’ di HI, sammpai kampung-kampung di Jawa Tengah, sampai Sentul, Bogor.
Belum lama ini sejumlah warga Sentul meradang. Di wilayahnya, ada upaya memurtadkan sejumlah warga yang beragama Islam. Kamis (20/11), beberapa perwakilan warga Sentul didampingi sejumlah tokoh melaporkan hal ini kepada Kementerian Agama.

Sekjen Kemenag Nur Syam di Jakarta, Kamis (20/11) mengatakan Kemenag akan menurunkan sebuah tim untuk melakukan investigasi.”Kasus ini memprihatinkan dan mengganggu kerukunan antarumat beragama,” kata Nur Syam ketika menerima para ulama, habaib dan warga Sentul, termasuk beberapa warga yang menjadi korban pemurtadan.

Dalam pertemuan itu, warga didampingi Ketua Umum DPP Tim Advokat Syari’ah Gus Joy, Pembina DPP Tim Advokat Egi Sujana, Jou Hasyim Waiming, Taufik, Dahlan Pido dan Sekretaris Bambang Purwanto. Sementara itu, Nur Syam didampingi Kabalitbang Kemenag Abdul Rohman Mas’ud, Dirjen Bimas Islam Machasin dan Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Ahmad Ginaryo.

Pertemuan sedikit “tegang” ketika warga menyampaikan duduk persoalannya, namun Egi dapat meredamnya, sehingga persoalan yang disampaikan kepada para petinggi kementerian tersebut dapat dibahas dengan baik.

Menurut Gus Joy, pemurtadan di kawasan Sentul sudah melampaui kesabaran. Mereka mendatangi rumah warga ketika suami mereka bekerja di siang hari.

Dengan cara membujuk, para ibu rumah tangga diajak untuk melepaskan agama yang dianut dan memeluk agama lain. Warga setempat pun makin resah, karena kejadian tersebut terus berulang-ulang dari satu rumah ke rumah lainnya.

“Yang mengejutkan, warga setempat diajak berwisata ke Jakarta. Setibanya di Monas, mereka dibaptis. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai ratusan orang. Tentu saja, peristiwa ini membuat resah warga, sebab setibanya di kampung, mereka dianggap murtad yang kemudian berujung pada konflik sosial,” kata KH. Mukti Ali.

Pada pertemuan tersebut, beberapa orang korban menyampaikan ceritanya masing-masing ketika dipaksa untuk pindah ke agama lainnya. Ada yang menyampaikan dengan nada sedih, tapi juga ada dengan nada emosional.

Tokoh agama dan masyarakat setempat, kata Egi, sudah melaporkan kasus permutadan itu kepada pihak Polres Bogor. Namun tidak ada tindak lanjut.

Untuk itulah, warga mengadukan persoalan ini kepada Kementerian Agama.

Sekjen Kemenag Nur Syam menyampaikan terima kasih kepada warga yang melaporkan kasus ini, sehingga Kementerian Agama secepatnya dapat mengambil langkah-langkah koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan.

Langkah yang terdekat adalah melakukan investigasi. Tim dari Kabalitbang Kemenag segera turun ke lapangan. Setelah itu, Dirjen Kristen dan Dirjen Bimas lainnya akan disertakan dalam forum dialog untuk menghentikan praktek pemurtadan yang terjadi di Sentul.

Di negeri jiran Malaysia, orang kristen tidak menyebutkan ‘Allah’, tapi hanya boleh menyebut ‘Alah’. Tidak ada acara siaran acara telivisi bagi warga kristen, apalagi melakukan kistenisasi. Di Indonesia semua bebas, dan orang Kristen mengkristenkan orang Islam itu sudah misi mereka. [jj/ant/voa-islam.com] Kamis, 27 Muharram 1436 H / 20 November 2014 19:38 wib
***

Bagai orang kemalingan lalu lapor ke sesepuh, tak tahunya justru dukun maling

Meskipun jawaban dari pejabat kemenag itu tampaknya seakan memberi harapan, tetapi perlu diketahui, di antara mereka justru telah bertugas hingga kemudian naik jabatan. Di antara tugasnya adalah mengundang tokoh yang sudah divonis murtad oleh Mahkamah Agung Mesir 1996 hingga kemudian lari ke Belanda, yakni Dr Nasr Hamid Abu Zayd yang menyebarkan faham, Al-Qur’an adalah produk budaya (muntaj tsaqafi).
Petugas Kemenag yang kini jadi pejabat itu ditugasi mengundang orang murtad resmi itu untuk menatar dosen-dosen IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia di Riau, 2007. Alhamdulillah tokoh murtad itu telah ditolak oleh MUI dan Umat Islam Riau. Kemudian sang murtad itu untuk menatar pula di Surabaya dan Malang, dan lagi-lagi ditolak oleh Umat Islam, karena program Kemenag itu rupanya bocor. Maka doctor yang resmi dinyatakan murtad namun diundang ke Indonesia untuk menatar dosen-dosen perguruan tinggi Islam se-Indonesia itu pulang ke negerinya, lalu mengidap virus aneh, dan kemudian mati. (lihat http://www.nahimunkar.com/nasr-hamid-abu-zayd-meninggal/ ).
Selain itu,di antara pejabat kemenag yang dilapori tentang pemurtadan itu ada yang sebelum jadi pejabat justru mengaku meneliti para khatib. Dia menyayangkan, mayoritas khatib masih berfaham hanya agamanyalah (Islam) yang benar dan diterima oleh Allah. Baru sekian persen yang berfaham pluralism agama.
Astaghfirullah, khatib yang memegang teguh Islamnya justru disayangkan. Dan apakah karena itu dia kini jadi pejabat Kemenag?
Ketika Umat Islam bersusah payah melaporkan penderitaannya karena begitu jahatnya pemurtadan di kampong mereka, ternyata nasibnya bagai orang kemalingan lalu lapor ke sesepuh, tapi tak tahunya sesepuh itu justru dukun maling. (Semoga saja mereka sudah bertaubat, atau sadar dengan penderitaan Umat Islam sehingga bertaubat).
Itulah negeri terbesar Umat Islamnya di dunia ini, namun nasib Umat Islamnya cukup memprihatinkan akibat ulah kafirin, musyrikin dan munafiqin. Allahul Musta’an.

(nahimunkar.com)/Kh)