Pemerintah Kurang Perhatian Terhadap Para Penghafal Alquran

Pada penutupan Konferensi Penghafal Alquran se-Asia Pasifik, Senin (10/5), salah satu hal yang mencuat dalam konferensi adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap para penghafal Alquran. Hal itu dikemukakan oleh Jhon Edy Rahman, Ketua Panitia Konferensi Penghafal Alquran se-Asia Pasifik.

Menurut Jhon Edy, para peserta konferensi berharap pemerintah memberi perhatian dan dukungan dalam setiap kegiatan mereka, misalnya dalam upaya melahirkan para generasi penghafal Alquran. “Ada lembaga ilmu pengetahuan lain yang selama ini diperhatikan pemerintah, kami juga ingin mendapatkan perhatian,” ujarnya.

Selain menuntut perhatian pemerintah, Jhon Edy juga berharap ada lembaga khusus bagi para penghafal Alquran sebagai wadah organisasi dan kontribusi mereka kepada masyarakat. Dalam hal ini, Jhon Edy mengusulkan agar Rabithah Ma’ahid Alquran yang sudah ada di Indonesia dikukuhkan sebagai lembaga bagi para penghafal Alquran.

Konferensi yang diadakan sejak 7—10 Mei ini menghadirkan peserta dari 9 negara plus 2 negara tamu, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Australia, China, Maroko, dan Saudi Arabia. Konferensi dibuka oleh Menteri Agama, Suryadharma Ali, dan Menkominfo, Tifatul Sembiring, bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Selama konferensi, para peserta disuguhkan beragam acara, mulai dari seminar, talkshow, hingga studi banding ke beberapa pesantren alquran di Jakarta, antara lain Pesantren El-Tahfidz Nurul Fikri dan Pesantren PPPA Darul Quran Yusuf Mansyur. (ind/rep)